Saturday, 14 December 2024

Implementasi Tauhid dalam Kehidupan Bermasyarakat // Ustadz Sufyan Baswedan hafizhahullah - Dauroh Syar'iyyah Vol. 2 (Sesi 3)

Dauroh Syar'iyyah Vol. 2
(Sesi 3)
Implementasi Tauhid dalam Kehidupan Bermasyarakat
Oleh: Ustadz Sufyan Baswedan hafizhahullah
Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat
Sabtu, 14 Desember 2024

Rumus Tauhid adalah mewujudkan syarat-syarat Tauhid, rukun-rukun Tauhid, dan menghindari pembatal-pembatalnya.

Kalau kita ingin menjadi orang yang bertauhid dan ingin Tauhid kita diterima oleh Allah, maka kita harus menjalani syarat dan rukunnya, serta menjauhi pembatal-pembatalnya.

Tauhid seperti ibadah lain yang memiliki syarat, rukun, dan pembatalnya.

Syarat kita wujudkan sebelum melaksanakan tauhid
Rukun kita wujudkan ketika kita melaksanakan tauhid
Pembatal harus kita dihindari selama kita bertauhid
Tauhid dilakukan hingga kita meninggal dunia, dan selama itu juga kita harus menjaga syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta menjauhi pembatal-pembatalnya.

Secara istilah ushul Fiqih, syarat adalah sesuatu yang jika ia tidak diwujudkan, maka hasilnya tidak akan ada. Namun ketika ia diwujudkan, hasilnya belum tentu ada.

Contoh adalah wudhu.
Ketika seseorang belum melakukan wudhu, maka shalatnya tidak sah, karena syaratnya belum terpenuhi.

Syarat itu di luar hakikat sesuatu.
Shalat tidak sama dengan thaharah.

Rukun adalah unsur-unsur menyusun sesuatu dan harus ada. Jika ditinggalkan, maka tidak sah.

Seseorang yang melaksanakan syarat tanpa melaksanakan rukun, maka sesuatu yang dilakukan itu tidak sah. Begitu juga jika rukun dilaksanakan tanpa memenuhi syarat, maka itu juga tidak sah.

Syarat Tauhid ada 7, yaitu: 
1. Al Ilmu (mengetahui), dalam menafikan dan menetapkan. Kebalikannya adalah Al Jahl (kebodohan).

Kesaksian tidak akan diterima kalau yang bersaksi tidak memahami makna Tauhid.

"Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)." (QS. Az-Zukhruf : 86)

Orang musyrik menyembah berhala karena mereka berharap syafaat atau pertolongan dari berhala tersebut.

Dari Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda 
"Barangsiapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, maka dia akan masuk surga.” (HR. Muslim No.145)

"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal." (QS. Muhammad : 19)

Ibadah adalah semua yang diperintahkan dan dicintai Allah, baik bersifat ucapan atau perbuatan yang zhahir maupun bathin.

Perbuatan zhahir
1. Shalat
2. Membaca Alquran
3. Dzikir
4. Bershalawat, dan lain-lain.

Perbuatan bathin
1. Tawakkal
2. Berharap
3. Rasa takut
4. Cinta kepada Allah, dan lain-lain

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, Hakikat ibadah adalah semua yang tata caranya hanya bisa diketahui dari wahyu.

2. Al Yaqin (meyakini), kebalikannya adalah Asy Syak dan Ar Rayb (keraguan).

Kita harus meyakini bahwasanya tidak ada Dzat yang mencipta kecuali Allah.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al Hujuraat: 16)

Karakter orang munafik disebutkan oleh Allah.
"Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya." (QS. At Taubah : 45)

Semua ibadah kepada selain Allah, maka semuanya adalah bathil dan sesat.

"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar RasulNya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta." (QS. Munafiquun : 1)

3. Al Qabulu (menerima), kebalikannya adalah Ar Raddu (menolak).

Ini berkaitan dengan lisan dan hati.

Abu Thalib, Paman Nabi ﷺ mengetahui bahwasanya Islam adalah agama yang paling baik. Namun dia tidak masuk Islam karena nenek moyang.

Qabul juga berkaitan dengan hati.

Di dalam Alquran dan Sunnah, kata Qobul tidak harus diucapkan sesuai lafadznya, tetapi bisa juga merupakan kesamaan maknanya.

"Maka demi Allah, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. An Nisaa : 65)

"Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. An Nuur : 51)

4. Al Inqiyadu (menaati), kebalikannya adalah At Tarku (tidak taat).

Al Inqiyad berkaitan dengan ketundukan yang zhahir.

"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS. Az Zumar : 54)

Makna ayat ini adalah kembali kepada ketaatan, tunduk dengan sikap taat kepada Allah dan meninggalkan maksiat.

"Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri" (QS. Az Zumar : 11-12)

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, akan terjagalah darah-darah dan harta-harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.” (HR. Bukhari No. 25 dan Muslim 21)

5. Ash Shidqu (membenarkan), kebalikannya adalah Al Kadzabu (mendustakan).

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. Al Ankabut 2-3)

6. Al Ikhlash (ikhlas), kebalikannya adalah Asy Syirku (syirik) dan Ar Riya’ (riya).

Ada orang yang mengucapkan syahadat tapi tidak Ikhlash. Orang seperti itu tidak akan mendapatkan manfaat di akhirat.

Ketika seseorang mengamalkan konsekuensi dari syahadat, maka itu juga membutuhkan keikhlasan.

"Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama." (QS. Az Zumar : 11)

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al Bayyinah : 5)

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang yang paling bahagia dengan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang orang yang mengatakan Laa ilaaha illallah secara ikhlas (murni) dari kalbunya“. (HR. Muslim)

7. Al Mahabbah (mencintai), kebalikannya adalah Al Karhu (membenci).

Cinta kepada maknanya dan semua konsekuensinya, yaitu seluruh syariat Islam. Mencintai syariat Islam adalah syarat sah iman kita.

"Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Alquran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka." (QS. Muhammad : 8-9)

Imam Jalaluddim As-Suyuthi mengutip ijma', bahwasanya orang yang mengingkari atau menolak satu Hadits saja, maka dia telah keluar dari Islam.

علمٌ يقينٌ وإخلاص وصدقك مع محبة وانقياد والقبول لها

Syarat-syarat ini tersebar di dalam Alquran dan Sunnah, sehingga bukan merupakan karangan sendiri dari para ulama. Untuk memudahkan orang-orang yang datang belakangan, ketika banyak orang yang awam terhadap hakikat Tauhid.

Ajaran Islam adalah apa yang datang dari Allah dan RasulNya, bukan karangan atau buatan manusia.

Kita tidak boleh merasa keberatan apalagi benci dengan hukum-hukum Allah, karena dengan membencinya bisa membatalkan syarat sahnya iman.

No comments:

Post a Comment