Kajian Jumat
Ulama Madzhab dalam Aqidah dan Manhaj
Oleh: Ustadz Ariful Bahri hafizhahullah
Masjid An Nur, Tanah Kusir, Jakarta Selatan
Jumat, 26 Jumadil Akhir 1446 / 27 Des 2024
Belajar agama bukan untuk menjadi terkenal. Belajar agama bukan untuk menjadi Ustadz. Tetapi belajar agama untuk beribadah kepada Allah, karena dengan belajar agama adalah sebab kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
Di dalam Alquran, kalimat يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا biasanya berada di awal ayat, karena jika ada kalimat ini, maka itu adalah perintah Allah untuk hambaNya. Tidak mungkin Allah melakukan sesuatu yang diperintahkan untuk hambaNya. Seperti ketika Allah memerintahkan hambaNya untuk berpuasa, maka tidak mungkin Allah berpuasa, tetapi hambaNya yang diperintahkan untuk melakukan hal tersebut.
Barangsiapa yang lupa dan lalai mengucapkan salam kepada Nabi ﷺ, maka dia akan salah dalam menuju surga.
Seorang Muslim harus berlomba-lomba memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Mempelajari bagaimana Madzhab dan Manhaj para ulama bisa memotivasi kita untuk menambah keimanan kepada Allah.
Rukun Ibadah ada 3, tidak boleh dipisah antara satu dengan yang lainnya, yaitu:
1. Berharap ampunan Allah
2. Takut dengan ancaman Allah
3. Kecintaan kepada Allah, yang akan membuat kita mencintai ibadah.
Semakin seorang mempelajari agama, maka dia akan semakin takut kepada Allah.
Abdullah bin Mas'ud,
"Ilmu yang sesungguhnya adalah rasa takut kepada Allah."
Tujuan kita menuntut ilmu adalah untuk mengamalkannya.
Madzhab adalah sesuatu atau pendapat yang seseorang lebih condong kepadanya.
Bukan 4, banyak sekali. Namun yang kita ketahui hanya 4, sesuai dengan ilmu yang kita miliki.
Jika kita membuka kitab-kitab Fiqih, tentu banyak sekali Madzhab yang ada di Islam. Namun hanya 4 Madzhab yang pada akhirnya kita kenal.
Kenapa 4 Madzhab yang lebih terkenal dibanding Madzhab yang lain?
1. Taufiq dari Allah
Allah yang memilihnya. Kalau Allah sudah memilih, maka itu adalah karunia.
2. Mereka memiliki tulisan
Menulis di zaman dahulu bukanlah perkara yang mudah.
Sebagian ulama, ketika mereka wafat, maka wafat pula ilmunya, karena banyak dari mereka yang tidak memiliki tulisan.
Imam Syafi'i adalah ulama yang yatim dan miskin. Kebanyakan para ulama adalah anak yatim. Ibunya susah payah mencari nafkah. Termasuk mengambil kertas-kertas bekas, kemudian dikumpulkan dan diberikan kepada Imam Syafi'i.
Imam Syafi'i pergi ke kota Madinah. Saat itu ia masih berusia sekitar 9/10 tahun. Lalu Imam Syafi'i duduk di halaqahnya Imam Malik dan mendengarkan ceramahnya. Namun Imam Syafi'i tidak membawa kertas dan tinta, melainkan ia menghapalnya.
Imam Malik merasa rishi, karena merasa Imam Syafi'i sedang main-main. Karena beliau sedang menyampaikan Hadits Nabi ﷺ. Setelah kajian selesai, Imam Malik memanggil Imam Syafi'i untuk menegurnya.
Kemudian Imam Malik mengujinya, dan Imam Syafi'i menyebutkan semua catatan yang disebutkan oleh Imam Malik tanpa kurang sedikitpun.
Walau miskin, tetapi Allah memberikan taufiq kepada Imam Syafi'i memiliki ingatan yang luar biasa. Sehingga Imam Syafi'i pun memiliki karya tulisan.
Tidak ada para ulama, kecuali mereka belajar di kota Madinah.
Di antara sekian banyak doa-doa yang Nabi ﷺ ajarkan kepada umatnya adalah doa di bawah ini:
“Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin”.
“Ya Allah. Hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin”.
3. Mereka memiliki pendapat dalam setiap masalah.
Dalam setiap masalah, mereka memiliki pendapat yang mencakup semua bidang Fiqih.
Siapakah 4 Imam Madzhab yang terkenal ini? Mari kita bahas secara ringkas.
1. Imam Abu Hanifah
Nu'man bin Tsabit, lahir tahun 80 Hijriah.
Nabi wafat pada 11 Hijriah, berarti jaraknya sekitar 69 tahun.
Imam Abu Hanifah adalah seorang Tabi'in. Beliau wafat pada usia 70 tahun, tahun 150 Hijriah. Imam Abu Hanifah adalah satu-satunya Tabi'in, karena masih berjumpa dengan Sahabat Nabi ﷺ.
2. Imam Malik
Beliau lahir, tumbuh, dan wafat di kota Madinah. Beliau lahir pada 93 Hijriah dan ketika wafat, beliau dimakamkan di Baqi' bersama dengan para Sahabat Nabi ﷺ.
Walau berasal dari Kota Madinah, tetapi orang Madinah tidak bermadzhab Maliki.
Imam Malik memiliki kitab Muwatho', dan ditambah dan dikurangi isinya, atau direvisi. Sehingga ia memiliki banyak murid, salah satunya adalah Yahya bin Yahya bin Laitsi dari Andalusia. Andalusia masuk ke dalam bagian antara benua Afrika dan Eropa.
Yahya datang ke kota Madinah dan belajar kepada Imam Syafi'i. Saat itu Madinah kedatangan tamu, yaitu rombongan gajah. Gajah bukanlah hewan yang hidup di Madinah. Seluruh penduduk Madinah keluar karena mereka belum pernah melihatnya, melainkan hanya mengetahui kata gajah di dalam Alquran Surah Al Fiil.
Imam Malik tahu bahwasanya melihat gajah adalah sesuatu yang sangat langka, sehingga beliau membiarkan murid-muridnya menyaksikan gajah-gajah tersebut. Ketika semua muridnya keluar dari halaqah di Madinah, hanya Yahya yang tetap tinggal di halaqah Imam Malik.
Yahya berkata, "Aku datang jauh dari Andalusia untuk datang ke sini bukan untuk melihat gajah, tapi untuk mengambil ilmu darimu."
Yahya adalah orang yang paling berakal dan membawa ilmu dan madhzab Imam Malik ke negaranya dan sekitarnya.
Imam Malik adalah seorang Tabiut Tabi'in. Beliau hidup di salah satu zaman terbaik dan dimuliakan oleh Allah.
Semakin dekat sebuah Hadits dengan Nabi ﷺ, maka semakin shahih derajatnya.
Imam Malik memiliki guru yaitu Nafi’ Maula Ibnu Umar. Ibnu Umar adalah anaknya Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu yang juga merupakan Sahabat Nabi ﷺ.
Kitab beliau berjudul Al-Muwatho' disebutkan sebagai kitab yang paling shahih setelah Alquran. Imam Malik juga disebutkan sebagai bintangnya para ulama. Sanad beliau adalah sanad adz-Dzahab, yaitu ulama yang sanadnya dekat dengan Rasulullah ﷺ.
Imam Syafi'i mengatakan bahwa dalam perkara Ushul, pendapat mereka (para ulama Madzhab dan ulama lainnya pada masanya dan masa sebelumnya) adalah sama.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang ada didekatnya. Barangsiapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak mengangkatnya." (HR. Muslim)
Ketika kita berada di majelis ilmu, maka perbanyaklah doa di dalamnya.
Logika yang sehat tidak akan bertentangan dengan agama.
Hapalkan dan baca doa ini agar Allah memberikan petunjuk dalam setiap perbedaan.
اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Ya Allah, Rabbnya malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui hal ghaib dan juga nyata. Engkaulah hakim di antara hamba-hambaMu dalam hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku kebenaran dalam apa yang diperselisihkan, dengan izinMu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk menuju jalan yang lurus, kepada siapa saja yang Engkau kehendaki” (HR. Muslim 2/185)
No comments:
Post a Comment