Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan,
“Orang mukmin terpenjara di dunia karena mesti menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang mukmin juga diperintah untuk melakukan ketaatan. Ketika ia mati, barulah ia rehat dari hal itu. Kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang.
Adapun orang kafir, dunia yang ia peroleh sedikit atau pun banyak, ketika ia meninggal dunia, ia akan mendapatkan adzab (siksa) yang kekal abadi.”
Kalau hidup kita masih suka santai-santai, jangan-jangan kita adalah salah satu yang terfitnah dengan dunia.
Secara bahasa, zuhud adalah berpaling dari sesuatu karena betapa hinanya sesuatu tersebut.
Secara istilah, zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat.
Zuhud bukan berarti berpakaian apa adanya, atau memutuskan diri dari kehidupan duniawi seperti tidak menikah atau bahkan makan seadanya, tetapi zuhud adalah menjadikan dunia sebagai sarana menuju akhirat.
Maka ia (Nabi Sulaiman) berkata: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan". Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku". Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu" (QS. Shad : 32-33)
Lihatlah apa yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman ketika ia dibuat lalai oleh kuda-kudanya. Karena zuhudnya, beliau rela mengorbankan hartanya di jalan Allah.
Pengertian zuhud adalah:
1. Percaya dengan apa yang ada di tangan Allah, daripada percaya dengan tangannya sendiri
2. Jika terkena musibah, dia mengharapkan pahala atas musibah itu.
3. Tidak mengharapkan dipuji atau dicela orang. Baginya sama saja selama berada di atas kebenaran.
Ada orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena dia takut dicela. Ketika seseorang memang mencari kebenaran, maka dia tidak akan mendengarkan perkataan orang lain selama memang berada di atas kebenaran. Hanya ridho Allah yang dia cari.
Landasan dari semua amalan kita adalah cinta. Seseorang tidak akan melakukan sesuatu kalo dia tidak cinta.
Kita harus berusaha mendapatkan cinta Allah dan berusaha agar dicintai oleh Allah. Lalu bagaimana caranya? Yaitu dengan zuhud. Itulah tujuan kita untuk mempelajarinya.
Dari Abul ‘Abbâs Sahl bin Sa’d as-Sa’idi radhiyallahu anhu, ia berkata, “Ada seseorang yang datang kepada Rasulullah ﷺ lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku satu amalan yang jika aku mengamalkannya maka aku akan dicintai oleh Allah dan dicintai manusia.” Beliau ﷺ menjawab, “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya engkau dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya engkau dicintai manusia.” (HR. Ibnu Majah)
Semakin kita menjalankan perintah Allah dan menjauhkan laranganNya, maka akan ada saja celaan-celaan dari manusia.
Imam Syafi'i rahimahullah berkata:
"Ridho manusia merupakan suatu tujuan yang sulit dicapai, dan tidaklah mungkin ada jalan yang menyelamatkan diri anda dari celaan mereka, maka hendaklah anda tetap mengerjakan yang bermanfaat bagi diri anda dan istiqomalah di atasnya.” (Siyar A’lam an-Nubala’, 10/89)
Ketika kita ingin melakukan sesuatu, walaupun itu halal, sebaiknya kita timbang lebih dulu, apakah ada manfaat bagi dunia dan akhirat kita.
Orang-orang yang meninggalkan dunia karena akhirat karena dia mengetahui bahwa dunia itu adalah sesuatu yang hina.
Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu 'anhu:
"Sesungguhnya Nabi ﷺ berjalan melewati pasar sementara banyak orang berada di dekat Beliau ﷺ. Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil. Sambil memegang telinganya Beliau ﷺ bersabda, “Siapa di antara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau ﷺ bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang berkata, “Demi Allâh, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau ﷺ bersabda:
"Demi Allah, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian." (HR. Muslim No. 2957)
“Dan Fir’aun beserta pengikutnya dikepung oleh adzab yang sangat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan kepada mereka): “Masukkan Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.” (QS. Ghafir : 45-46)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah ﷺ memegang kedua pundakku, lalu bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ (dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)." (HR. Bukhari No. 6416, Tirmidzi No. 2333, Ibnu Majah No. 4114; Ahmad, II/24)
Orang yang zuhud tidak memiliki keinginan untuk memiliki apa yang orang lain miliki.
Dalam perkara dunia, para Sahabat radhiyallahu 'anhuma mendahulukan orang lain daripada diri mereka sendiri.
"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung." (QS. Al Hasyr : 9)
No comments:
Post a Comment