Kajian Rabu with the Rabbaanians
Jangan Takut dengan Masa Depan
Oleh: Ustadz Abu Fahd Ega hafizhahullah
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Rabu, 8 Rajab 1446 / 8 Jan 2025
Dalam hidup, kita hanya berpindah dari satu masalah ke masalah yang lain. Bahkan ketika kematian, itupun akan melahirkan masalah baru. Tidak akan ada masalah jika kita bertaqwa kepada Allah dan masuk surga.
Setiap manusia diberikan rasa takut, dan ini adalah manusiawi.
Rasa takut terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Takut duniawi, berkaitan dengan dunia
Ketika seseorang takut untuk menikah dengan sebab yang bermacam-macam.
Ketika seseorang takut untuk keluar dari pekerjaan di tempat yang haram seperti perusahaan ribawi dan yang semisalnya.
2. Takut ukhrowi, berkaitan dengan akhirat
Ketika seseorang takut kepada Allah, takut berbuat maksiat, itu adalah ketakutan yang disyariatkan, tetapi harus dalam batas yang wajar.
Tidak boleh Rasa takut kita menghilangkan rasa harap kepada Allah. Maka sesuatu harus disikapi dengan adil, harus ditempatkan pada posisinya masing-masing.
Orang yang memiliki ketakutan pada masa depannya,
Banyak di antara mereka yang jauh dari Allah. Dia nggak kenal siapa Rabbnya. Kemudian ketidaktahuan tersebut menjerumuskan dia kepada malas beribadah dan suudzon kepada Allah. Orang seperti ini memiliki efek buruk yaitu takut dengan masa depan.
Orang yang takut dengan masa depan karena dia tidak memiliki tujuan yang jelas. Dia berjalan hanya seperti daun yang gugur kemudian terkena angin. Dia nggak punya prinsip sama sekali.
يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱلْقَوْلِ ٱلثَّابِتِ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Ibrahim : 27)
Inilah masalah yang harus kita cari jalan keluarnya, dan ini yang harus dilakukan oleh seorang Muslim.
Syaikh Sa'ad Asy-Syatsri hafizhahullah berkata:
"Di antara jalan keluar dari ketakutan masa depan adalah mendekat kepada Allah."
Di antara makna mendekat kepada Allah adalah
1. Kenali Allah
Kita mengenali Allah dengan nama-namaNya yang baik.
إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
"Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Baqarah : 20)
Bagi orang-orang yang takut dengan masa depan, Allah memiliki nama Ar-Rahman, yaitu Maha Penyayang.
Allah lebih sayang kepada hambaNya daripada seorang Ibu sayang kepada anaknya.
Terkadang kita terlalu suudzon kepada Allah, padahal masih memerhatikan kita, masih menolong kita. Maka percayalah kepada Allah, jangan pernah suudzon kepada Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya diturunkannya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba-hambaNya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari No. 6104 dan Muslim No. 2725. Muttafaqun 'Alayh)
Allah juga memiliki nama Al-Latif, yaitu Maha Halus.
Pertolongan Allah senantiasa ada untuk kita, hanya saja kita tidak menyadarinya. Itulah kehalusan Allah.
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Allah beserta kita". (QS. At-Taubah : 40)
Allah juga memiliki nama An-Nashir, yaitu Maha Menolong.
Lihatlah bagaimana Allah menolong Nabi Ibrahim 'alayhissalam ketika ia hendak dibakar. Allah menjadikan apinya dingin sehingga Nabi Ibrahim 'alayhissalam tidak terbakar.
"Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." (QS. Anbiya : 69)
2. Perkuat tawakkal kepada Allah
Tawakkal adalah berusaha dengan maksimal, kemudian serahkan hasilnya kepada Allah. Ketika kita sudah berusaha dengan maksimal, percayalah bahwa Allah akan memberikan hasilnya yang terbaik.
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. Ath-Thalaq : 3)
Allah memiliki nama Al Adl, yaitu Yang Maha Adil.
Ketika kita berbuat kebaikan, maka kebaikan tersebut akan dibalas oleh Allah. Jangan khawatir.
الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ
"Balasan sesuai dengan perbuatan"
Allah membiarkan orang-orang kafir berjalan di muka bumi, bahkan diberikan harta oleh Allah, padahal mereka berbuat syirik. Maka kita yang beriman kepada Allah harus yakin bahwa Allah pasti akan menolong kita.
3. Memperkuat Aqidah dan Tauhid kita
Ini adalah pondasi yang terbaik dalam mengenal Allah.
Ketika kita hanya berharap dan bertawakal kepada Allah, maka Allah akan menolong. Jangan pernah bergantung kepada manusia, karena akan mengecewakan.
Mereka yang percaya dengan jimat atau pesugihan, hidup mereka tidak akan tenang. Sedangkan orang-orang yang bertawakkal kepada Allah, maka hidupnya akan tenang.
Ketika kita memiliki mindset yang penuh rasa syukur dan qana'ah, maka hidup kita akan tenang dan berbuah kebaikan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim No. 2999)
وَيُعَذِّبَ ٱلْمُنَٰفِقِينَ وَٱلْمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلْمُشْرِكِينَ وَٱلْمُشْرِكَٰتِ ٱلظَّآنِّينَ بِٱللَّهِ ظَنَّ ٱلسَّوْءِ ۚ عَلَيْهِمْ دَآئِرَةُ ٱلسَّوْءِ ۖ وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
"Dan supaya Dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali." (QS. Al Fath : 6)
4. Tentukan strategi dan goals dalam hidup
Kita harus memiliki mindset yang benar. Banyak orang yang bingung karena mereka tidak mengerti hidup untuk apa.
Yang paling penting bukanlah sekadar hidup, tapi untuk apa kita hidup? Kalau hanya sekadar hidup, hewan pun hidup. Kita harus memiliki tujuan dalam hidup, dan tujuan adalah bagaimana kita bisa masuk ke dalam surgaNya Allah.
Tujuan ini bukan berarti mengharuskan seseorang 24 jam di dalam masjid atau shalat terus tanpa henti.
Dari Anas radhiyallahu anhu ia berkata,
“Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi ﷺ untuk bertanya tentang ibadah Beliau ﷺ. Lalu setelah mereka diberitahukan tentang ibadah Beliau ﷺ, mereka menganggap ibadah Beliau itu sedikit sekali.
Mereka berkata, “Kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Nabi ﷺ. Beliau ﷺ telah diberikan ampunan atas semua dosa-dosanya baik yang telah lewat maupun yang akan datang.”
Salah seorang dari mereka mengatakan, “Adapun aku, maka aku akan shalat malam selama-lamanya.” Lalu orang yang lainnya menimpali, “Adapun aku, maka sungguh aku akan puasa terus menerus tanpa berbuka.” Kemudian yang lainnya lagi berkata, “Sedangkan aku akan menjauhi wanita, aku tidak akan menikah selamanya.”
Kemudian, Rasulullah ﷺ mendatangi mereka, seraya bersabda, “Benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu? Demi Allah! Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling taqwa kepadaNya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku juga berbuka (tidak puasa), aku shalat (malam) dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.” (HR. Bukhari No. 5063, Muslim No. 1401, Ahmad III/241, 259, 285, An-Nasa'i VI/60, Al-Baihaqi VII/77)
Nabi ﷺ marah karena manusia memiliki prioritas masing-masing dalam hidupnya. Untuk seseorang mendapatkan surga, bukan berarti harus terus beribadah, tetapi dia yang pintar untuk mengatur kehidupannya sesuai prioritas dan porsinya.
Salman telah dipersaudarakan oleh Nabi ﷺ dengan Abu Darda’. Suatu nasihat berharga yang disampaikan Salman pada Abu Darda’ dan nasihat ini diiyakan oleh Nabi ﷺ adalah supaya Abu Darda’ tidak hanya sibuk ibadah, sampai lupa istirahat dan melupakan keluarganya.
Dari Abu Juhaifah Wahb bin ‘Abdullah berkata,
آخَى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بَيْنَ سَلْمَانَ ، وَأَبِى الدَّرْدَاءِ ، فَزَارَ سَلْمَانُ أَبَا الدَّرْدَاءِ ، فَرَأَى أُمَّ الدَّرْدَاءِ مُتَبَذِّلَةً . فَقَالَ لَهَا مَا شَأْنُكِ قَالَتْ أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ فِى الدُّنْيَا . فَجَاءَ أَبُو الدَّرْدَاءِ ، فَصَنَعَ لَهُ طَعَامًا . فَقَالَ كُلْ . قَالَ فَإِنِّى صَائِمٌ . قَالَ مَا أَنَا بِآكِلٍ حَتَّى تَأْكُلَ . قَالَ فَأَكَلَ . فَلَمَّا كَانَ اللَّيْلُ ذَهَبَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَقُومُ . قَالَ نَمْ . فَنَامَ ، ثُمَّ ذَهَبَ يَقُومُ . فَقَالَ نَمْ . فَلَمَّا كَانَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ قَالَ سَلْمَانُ قُمِ الآنَ . فَصَلَّيَا ، فَقَالَ لَهُ سَلْمَانُ إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، فَأَعْطِ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ . فَأَتَى النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَ سَلْمَانُ »
“Nabi ﷺ pernah mempersaudarakan antara Salman dan Abu Darda’. Ketika Salman datang ke rumah Abu Darda’, ia melihat Ummu Darda’ (istri Abu Darda’) dalam keadaan mengenakan pakaian yang serba kusut. Salman pun bertanya padanya, “Mengapa keadaan kamu seperti itu?” Wanita itu menjawab, “Saudaramu Abu Darda’ sudah tidak mempunyai hajat lagi pada keduniaan.”
Kemudian Abu Darda’ datang dan ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abu Darda’ berkata kepada Salman, “Makanlah, karena aku sedang berpuasa.” Salman menjawab, “Aku tidak akan makan sebelum engkau pun makan.” Maka Abu Darda’ pun makan. Pada malam harinya, Abu Darda’ bangun untuk mengerjakan shalat malam. Salman pun berkata padanya, “Tidurlah.” Abu Darda’ pun tidur kembali.
Ketika Abu Darda’ bangun hendak mengerjakan shalat malam, Salman lagi berkata padanya, “Tidurlah!” Hingga pada akhir malam, Salman berkata, “Bangunlah.” Lalu mereka shalat bersama-sama. Setelah itu, Salman berkata kepadanya, “Sesungguhnya bagi Rabbmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi keluargamu juga ada hak. Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.”
Kemudian Abu Darda’ mendatangi Nabi ﷺ lalu menceritakan apa yang baru saja terjadi. Beliau lantas bersabda, “Salman itu benar.” (HR. Bukhari no. 1968).
Orang yang khawatir memiliki istri atau bahkan anak, seharusnya dia yakin bahwa rezekinya sudah diatur oleh Allah. Rezeki yang kita dapatkan berasal dari Allah.
وَفِى ٱلسَّمَآءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu." (QS. Adz-Dzariyaat : 22)
وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَوْلَٰدَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَٰقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيرًا
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar." (QS. Al Isra' : 31)
5. Mempelajari ilmu
Ketakutan atau kekhawatiran akan sesuatu itu disebabkan kita tidak memiliki ilmu. Ketika seseorang sudah memiliki ilmu, maka dia tidak akan khawatir dan takut lagi.
Jangan takut dengan masa depan, karena Allah telah memberikan kita pedoman dalam hidup, yaitu Alquran dan Sunnah.
Lihatlah para Sahabat radhiyallahu 'anhuma memiliki mental yang kuat. Banyak di antara Sahabat yang setelah masuk Islam, kehidupannya berubah.
Jika kita mau hidup tenang dan bahagia, seringlah datang ke majelis ilmu.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd : 28)
------------------------
Di antara doa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ untuk memohon kesucian jiwa
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَاأَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
“Ya Allah, berilah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah jiwaku. Engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat menyucikannya. Engkaulah yang menguasai dan yang menjaganya.” (HR. Muslim)
No comments:
Post a Comment