Kitab Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi rahimahullah
Biografi Imam Ibnul Jauzi dan Muqoddimah
Oleh: Ustadz Syafiq Al Khatieb hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Senin, 7 Rajab 1446 / 6 Jan 2025
KELAHIRAN IBNUL JAUZI
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah memiliki nama lengkap Abu al-Faraj ‘Abd al-Rahman bin Ali bin Muhammad bin Ali bin ‘Ubaidullah
bin Abdullah bin Hammadi bin Ahmad bin Muhammad bin Ja‘far al-Jauzi bin Abdullah
bin al-Qasim bin al-Nadhr bin al-Qasim bin Muhammad bin Abdullah bin
al-Faqih ‘Abd al-Rahman bin al-Faqih al-Qasim bin Muhammad bin Khalifah
Abu Bakar ash-Shiddiq al-Qurasyi al-Taimi al-Bakri al-Baghdadi al-Hanbali.
Ibnul Jauzi adalah keturunan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu, yaitu manusia terbaik di seluruh zaman setelah para nabi dan para rasul. Beliau sangat mensyukuri nikmat dilahirkan dari garis keturunan tersebut. Nasabnya dijadikan penyemangat bagi dirinya dan juga untuk anaknya agar bersemangat menuntut ilmu.
Ibnul Jauzi berkata kepada anaknya
"Wahai anakku, ketahuilah bahwa kita adalah keturunan Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan ayah kita adalah Qashim bin Muhammad bin Abu Bakar. Tapi nenek moyang kita disibukkan dengan perdagangan jual beli. Tidak ada dari keturunan Abu Bakar pada zaman belakangan yang memiliki keinginan kuat untuk menuntut ilmu kecuali aku. Sekarang perkara ini turun kepadamu, maka bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu dan jangan mengecewakan aku."
Nama lahir Ibnul Jauzi sebenarnya adalah Al-Mubarak. Kemudian hingga tahun 520 Hijriyyah, nama beliau diganti oleh Syaikhnya menjadi Abdurrahman, kunyahnya adalah Abu al-Faraj. Laqab (julukan) beliau adalah Jamaluddin. Nisbat al-Jauzi adalah kembali kepada kakeknya yang bernama Ja'far.
Ibnul Jauzi dilahirkan di Baghdad, Irak. Namun para ulama berbeda pendapat tentang kapan tahun lahirnya. Bahkan Ibnul Jauzi tidak tahu kapan pastinya beliau dilahirkan. Ada yang menyebutkan bahwa Ibnul Jauzi dilahirkan pada tahun 508 Hijriyyah, 509 Hijriyyah, atau 510 Hijriyyah.
Imam Ibnu Rajab setelah memaparkan perbedaan pendapat (khilaf) tentang tahun lahir Ibnul Jauzi, beliau berkata dengan menukilkan perkataan Ibnul Jauzi:
"Aku tidak tahu pasti kapan waktu kelahiranku. Hanya saja aku tahu bahwasanya Ayahku meninggal pada tahun 514 Hijriyyah, dan ibuku berkata "Ketika ayahmu meninggal, usiamu baru sekitar 3 tahun."
Perkataan Ibnu Rajab ini menandakan bahwa Ibnul Jauzi dilahirkan di atas tahun 510 Hijriyyah.
Ada beberapa fatwa ulama tentang tahun kelahiran beliau. Biasanya orang-orang terdahulu kurang memerhatikan tahun lahirnya. Apalagi pada masa kenabian, Sahabat, atau Tabi'in sebelum adanya kalender penanggalan Hijriyyah.
Ibnul Jauzi tumbuh dalam keadaan yatim. Namun ayahnya memiliki simpanan harta untuk menanggung hidup keluarganya, termasuk beliau. Kemudian Ibnul Jauzi dirawat oleh ibunya dan bibinya. Sejak kecil Ibnul Jauzi dibawa oleh paman dan bibinya ke masjid untuk menuntut ilmu dan diperkenalkan dengan para ulama. Beliau sudah mendengarkan ilmu sejak masih kecil.
Peran keluarga sangat penting, terutama peran seorang ibu sangat luar biasa bagi kesuksesan ulama-ulama terdahulu. Seperti halnya Imam Ahmad. Ibunya selalu membangunkan Imam Ahmad sebelum Subuh, lalu dipakaikan pakaian yang rapi. Kemudian ibunya mengantarkan Imam Ahmad ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah dan duduk di majelis ilmu setelah Subuh. Ibunya rela menunggu hingga Imam Ahmad selesai menuntut ilmu. Keluarga yang seperti ini insyaa Allah bisa membentuk karakter ahli ilmu. Sangat penting bahwasanya ilmu tumbuh di sekolah pertama, yaitu di dalam rumah, terutama bersama ibunya.
Ibnu Katsir berkata:
"Sejak kecil, Ibnul Jauzi tidak suka berbaur. Dia tidak makan sesuatu yang ada syubhatnya sama sekali. Ketika makanan itu halal, dia meyakini ada keberkahan darinya. Ibnul Jauzi tidak pernah memakan makanan yang syubhat apalagi haram."
Ibnul Jauzi tidak suka bercanda, hura-hura, dan bermain dengan anak seusianya. Masa kecil beliau banyak dihabiskan dengan menuntut ilmu.
Ayahnya Imam Bukhari berkata,
"Aku tidak memberikan rezeki yang syubhat, apalagi yang haram."
Itu sebabnya tumbuhlah seorang ulama bernama Imam Bukhari.
Imam Ibnul Jauzi memiliki 10 orang anak. 5 perempuan dan 5 laki-laki.
2 anak perempuannya dan 4 anak laki-lakinya meninggal. Sehingga hanya 1 anak laki-laki yang tetap hidup yaitu bernama Abul Qosim.
UJIAN dan WAFATNYA IMAM IBNUL JAUZI
Imam Ibnul Jauzi pernah mengalami ujian sebagaimana para ulama terdahulu mengalami ujian.
Imam Syafi'i terkena fitnah karena ada yang hasad dengan beliau.
Imam Ahmad juga mengalami ujian dicambuk hingga masuk penjara berkali-kali dan disiksa.
Imam Bukhari terusir hingga beliau wafat di jalan.
Ibnu Taimiyyah bahkan difitnah hingga berkali-kali masuk penjara dan wafat di penjara.
Orang-orang yang berpegang dengan kebenaran pasti memiliki ujian yang sangat berat.
Ujian yang diterima oleh Ibnul Jauzi adalah ketika ada seorang khalifah bernama Nashir yang condong kepada madzhab Syiah. Imam Ibnul Jauzi diprovokasi oleh khalifah ini sehingga rumah beliau didatangi oleh beberapa orang. Mereka merusak rumah dan kitab-kitab Ibnul Jauzi. Kemudian beliau di dibawa dengan kapal pada malam hari menuju sebuah tempat bernama Wasith. Selama perjalanan, beliau tidak makan sama sekali selama 5 hari, padahal saat itu beliau berusia 80 tahun. Setibanya di Wasith, Ibnul Jauzi dipenjara selama 5 tahun.
Ibnul Jauzi dipenjara karena difitnah oleh Abdus-Salam bin Abdul Wahab, seorang yang rusak aqidahnya yang hasad terhadap Ibnul Jauzi. Terlebih lagi ketika Madrasah milik kakek dari Abdus-Salam bin Abdul Wahab diserahkan kepada Ibnul Jauzi. Abdus-Salam memiliki koneksi dan kenal dengan seorang Menteri yang bernama Ibnul Qashab, seorang Syiah ekstrim. Hingga menteri tersebut pun diprovokasi oleh Abdus-Salam. Dia mengatakan kepada Ibnul Qashab bahwa Ibnul Jauzi adalah keturunan Abu Bakar (kita tahu bagaimana Syiah sangat membenci Abu Bakar). Maka Ibnul Qashab mencari dukungan beberapa orang hingga Ibnul Jauzi semakin terdzalimi. Hingga kemudian Ibnul Jauzi dibebaskan setelah 5 tahun dipenjara di Wasith.
Ibnul Jauzi wafat pada 12 Ramadhan 597 Hijriyyah. Pemakaman beliau dihadiri oleh banyak orang, dishalatkan oleh anak laki-lakinya Abul Qosim. Beliau dimakamkan berdekatkan dengan makamnya Imam Ahmad bin Hanbal. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa banyak orang yang membatalkan puasa itu karena begitu banyaknya orang yang menghadiri pemakaman Ibnul Jauzi.
Pujian para ulama kepada Ibnul Jauzi
Kalau kita lihat biografi para ulama, pasti kita temukan penukilan pujian para ulama kepada Ibnul Jauzi. Karena yang mengetahui kredibilitas dan kapasitas keilmuannya seorang ulama adalah seorang ulama pula.
Di antara pujian para ulama terhadap Ibnul Jauzi adalah:
1. "Dia seorang ahli ulama di zamannya. Imam di zamannya dalam ilmu hadits. Sangat pandai dalam memberikan nasihat" Ibnu Khalkan
2. "Salah satu ulama yang sangat pandai dalam disiplin ilmu. Beliau menguasai banyak ilmu yang tidak dimiliki oleh yang lainnya. Dia juga memiliki banyak karya tulis yang besar maupun yang kecil. Dia menyendiri dalam disiplin ilmu. Tidak ada orang yang pandai menasihati seperti beliau." - Ibnu Katsir
3. "Seorang hafidz, ahli tafsir, ahli fiqih, dan orang yang sangat pandai dalam memberi nasihat" - Ibnu Rajab
Karena Ibnul Jauzi mengetahui banyak ilmu, sehingga para ulama bingung sebenarnya Ibnul Jauzi pakar dalam ilmu apa, karena semuanya dikuasai oleh beliau.

No comments:
Post a Comment