Saturday, 1 February 2025

Kajian Sabtu: Menggapai Surga dengan Adab dan Akhlaq Mulia // Ustadz Ariful Bahri hafizhahullah

Kajian Sabtu
Menggapai Surga dengan Adab dan Akhlaq Mulia
Oleh: Ustadz Ariful Bahri hafizhahullah
Masjid Baiturrahman, Pondok Pinang, Jakarta Selatan
Sabtu, 2 Sya'ban 1446 / 1 Februari 2025

Ketika kita dibangkitkan oleh Allah, kita berada dalam kondisi tidak berpakaian, tidak disunat, matahari didekatkan, dan itu adalah awal kita mendapatkan hasil atas apa yang telah kita lakukan selama di dunia.

Ketika kita berada di Padang Mahsyar selama 50ribu tahun, kita akan saling berbicara satu sama lain. Kapan ini semua akan selesai?

Yang pertama kali dihisab adalah umat Nabi Muhammad ﷺ.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Kami adalah umat terakhir, namun pertama pada hari kiamat. Kamilah yang pertama kali masuk surga. Walaupun mereka mendapatkan kitab suci sebelum kami dan kami mendapatkan kitab suci setelah mereka. Lalu mereka berselisih dan kami ditunjukkan Allah kepada kebenaran dalam hal yang mereka perselisihkan. Inilah hari mereka, yang mereka berselisih padanya, dan Allah tunjukkan kepada kita”. Beliau ﷺ bersabda lagi: “Hari Jum’at, adalah hari kita, dan esoknya hari Yahudi, dan setelah esok adalah hari Nasrani." (HR Muslim)

Gembira kalau kita selamat dalam hisab, duka kalau kita tidak memiliki amalan.

Allah tidak ingin hamba yang masuk surga kecuali bersih hatinya, itulah fungsi qanthoroh, yaitu jembatan.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Ketika orang-orang beriman telah selamat dari api neraka, mereka lalu tertahan di qonthoroh (jembatan) yang berada diantara surga dan neraka. Kemudian mereka semua dihukumi satu sama lain atas kezaliman yang dahulu pernah mereka lakukan. Sampai ketika mereka semua sudah bersih dari dosa, mereka baru di izinkan untuk masuk ke dalam surga. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya. Benar-benar salah seorang diantara kalian itu lebih mengenali tempat tinggalnya di surga dari pada tempat tinggalnya dahulu ketika di dunia“. (HR Bukhari No. 6535)

Tidak ada yang bisa memberikan jaminan hati kita bersih dan selamat, kecuali hati Nabi Muhammad ﷺ yang dijamin bersih.

الْأَمْرِ وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ وَأَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا وَلِسَانًا صَادِقًا وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ إِنَّكَ أنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

“Ya Allah, aku mohon kepadaMu keteguhan dalam semua urusan dan keteguhan hati di atas kebenaran. Aku juga mohon kepadaMu segala hal yang mendatangkan kasih sayang dan ampunanMu. Aku juga mohon kepadaMu rasa syukur atas semua nikmat yang Engkau berikan dan beribadah dengan baik kepadaMu. Aku juga mohon kepadaMu hati yang selamat dan lisan yang jujur. Aku juga mohon kepada-Mu segala kebaikan yang Engkau ketahui, aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan yang Engkau ketahui, dan aku mohon ampunanMu atas dosa yang Engkau ketahui. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui semua perkara yang gaib.” (HR. At-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir)

Kenapa Nabi Muhammad ﷺ memilih menjadi Nabi dan Rasul? Karena beliau memiliki hati yang paling bersih.

Ketika Allah belum menciptakan manusia, Allah mengetahui semua makhlukNya.

Kalau kita tidak memiliki sifat lupa, maka tidak ada di antara kita yang tidur di malam hari, karena kesalahan-kesalahan yang kita perbuatan, dan juga agar kita selalu berbaik sangka. Maksudnya lupa di sini adalah lupa akan kebaikan yang kita berikan kepada orang lain dan lupa dengan kesalahan orang lain.

Iblis ketika memberikan nasihat yang membuat Adam memakan buah terlarang, dia membawa nama Allah. Karena Iblis mengucapkan "Demi Allah", sehingga Adam ingin mengagungkan Allah lalu memakan buah tersebut.

Ketika Allah melihat manusia, yang pertama kali dilihat adalah hatinya. Itu sebabnya Allah memilih Nabi Muhammad ﷺ sebagai Nabi dan Rasul terbaik.

Hati yang paling mulia setelah para Nabi dan Rasul adalah hati para Sahabat.

Tidak ada yang bisa memasukkan seseorang ke dalam surga kecuali adab dan akhlaq yang mulia.

Orang yang berakhlaq mulia dan beradab harus hapal hadits berikut:

1. Berkata baik atau diam

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari No. 6018 dan Muslim No. 47).

Sebab-sebab yang bisa menjerumuskan orang ke dalam neraka adalah lisan dan kemaluan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang Allah menjaga dia dari kejahatan sesuatu yang berada di antara kedua rahangnya (yaitu lidah), dan Allah menjaga dia dari kejahatan sesuatu yang ada di antara kedua kakinya (yaitu kemaluannya), maka dia akan masuk surga.” (HR. At-Tirmidzi)

Akhlaq adalah bagian dari agama. Orang tidak akan memiliki akhlaq yang mulia selama dia tidak mengenal agamanya.

Di antara yang Nabi ﷺ lakukan adalah membaca Alquran dengan sangat indah, fasih membacanya, semua keindahan ada padanya.

Kalau ada di antara kita yang mengadukan nasibnya kepada selain Allah, maka kita tidak punya adab dan akhlaq kepada Allah. Adab dan Akhlaq pertama yang harus diberikan adalah kepada Allah.

Nabi ﷺ memerintahkan umatnya untuk terkait adab dan akhlaq yang mulia, di antaranya adalah:
1. Berbicara yang baik dan jujur
2. Menyampaikan amanah
3. Meninggalkan sesuatu yang haram
4. Meninggalkan sesuatu yang berhubungan dengan darah 
5. Meninggalkan fahisyah (zina, liwath, homoseks)
6. Meninggalkan berdusta
7. Menuduh orang tanpa bukti

Kita bersyukur ketika Allah memuliakan kita untuk mampu menyembah Allah.

2. Meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat 

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi No. 2317, Ibnu Majah No. 3976)

3. Mampu menahan amarah dan pemaaf

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi ﷺ: “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi ﷺ bersabda: “Engkau jangan marah!” (HR. Bukhari)

Kemarahan adalah awal dari kegilaan dan akhirnya adalah penyesalan, karena sebagian akalnya sudah diambil oleh amarahnya.

4. Mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah ﷺ, dari Nabi ﷺ bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semua manusia akan dihisab oleh Allah, termasuk orang-orang kafir. Namun hanya orang beriman yang akan melewati shirath, sedangkan orang-orang kafir akan langsung masuk ke dalam neraka.

Seorang yang beriman adalah dia tidak sedih memikirkan masa lalu, dan tidak takut untuk melihat masa depan.

No comments:

Post a Comment