Kajian Ahad
Wasiat Salaf untuk Anak Muda (Part. 2) karya Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq Al-Abbad Al Badr
Oleh: Ustadz Syafiq Al Khatieb hafizhahullah
Masjid Darsyafii, Pejaten, Jakarta Selatan
Ahad, 21 Syawal 1446 / 20 April 2025
Urgensi kita membahas Wasiat ini adalah bahwasanya masa muda adalah masa terpenting dalam fase kehidupan kita. Karena begitu pentingnya, Nabi ﷺ mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memanfaatkan masa muda kita.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ pernah menasihati seseorang,
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341)
Di antara hal yang pasti Allah tanyakan kepada kita adalah seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah ﷺ, yaitu:
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi No. 2417)
Obsesi anak-anak zaman sekarang adalah konten kreator, YouTuber, dan yang semisal. Tidak sedikit yang malas untuk menuntut ilmu, sehingga anak-anak lebih senang melakukan hal-hal tersebut.
Wasiat Ketujuh
Dari Abu Khaytsamah di dalam Kitabul 'Ilmi No. 80:
Di antara wasiat para Salaf kepada para pemuda adalah seperti yang diriwayatkan oleh Qobus bin Abi Zhabyan, beliau berkata:
"Suatu hari kami pernah shalat Subuh bermakmum kepada Abu Zhabyan. Kami yang menjadi makmum adalah para pemuda, dan kami semua adalah para pemalu, kecuali sang muadzin yang berusia tua.
Setelah selesai salam, Abu Zhabyan menoleh kepada kami, kemudian beliau mempertanyakan para pemuda yang hadir, "Siapa kalian?", "Siapa kalian?". Ketika beliau bertanya kepada mereka, beliau mengatakan sebagai bentuk motivasi untuk mendorong dan menyemangati para pemuda:
"Sesungguhnya tidaklah seorang nabi itu diutus melainkan masih muda, dan tidaklah dikaruniai ilmu yang lebih baik lagi melainkan ia dalam usia muda."
Abu Zhabyan mengingatkan untuk menggunakan kebaikan dan keberkahan di usia muda, yang merupakan momen utama untuk berbekal dan berusaha, serta memanfaatkan saat bersemangat dan masih fit di masa muda.
Tidaklah ilmu paling baik didapatkan kecuali ketika masih muda. Manfaatkanlah masa muda dengan menuntut ilmu.
Anak muda akan melewati masa di mana mereka tidak semangat lagi untuk melakukan sesuatu. Dia sudah malas atau ulang untuk melakukan sesuatu tersebberpikirut. Tapi kalau dia memanfaatkan masa mudanya untuk menuntut ilmu, maka dia akan memperoleh keberkahan. Jangan pernah bosan belajar, banyak membaca buku, hadir di majelis ilmu.
Wasiat Kedelapan
Iman Ahmad rahimahullah meriwayatkan di dalam buku beliau, Al Waro' dari Abdul Wahhab ats-Tsaqofi beliau berkata:
Ayyub As-Sakhtiyani pernah keluar menemui kami lalu berkata,
"Wahai para pemuda, bekerjalah! Agar kalian tidak mendatangi pintu-pintu manusia untuk meminta bantuan."
Anak muda, ketika dia memiliki kesempatan untuk bekerja atau berbisnis, maka manfaatkanlah untuk bisa mencari nafkah di samping ia fokus untuk menuntut ilmu.
Jangan sampai seseorang bergantung kepada orang lain, bahkan saat tua sekalipun ia tidak butuh mendatangi orang lain untuk meminta-minta karena dia sudah biasa mendapatkan hasil dari jerih payahnya sendiri.
Wasiat Kesembilan
Di antara wasiat para Salaf kepada para pemuda adalah yang diriwayatkan dari Ja'far beliau berkata bahwa Tsabit Al Bunani (seorang Tabi'in) rahimahullah pernah muncul di hadapan kami dan kami sedang duduk di arah kiblat, kemudian beliau berkata:
"Wahai para pemuda, janganlah kalian halangi antara diriku dengan Rabbku saat aku sedang bersujud kepadaNya". Beliau adalah seorang yang senang dengan shalat. (Dari Abu Nu'aim di dalam Hilyatul Aulia, II/322)
Beliau menunjukkan bahwa ada sejumlah pemuda yang sedang bertemu dan berkumpul di masjid, lalu mereka menggunakan momen pertemuan dengan sahabat-sahabat mereka di masjid membicarakan hal-hal yang tidak seharusnya dibicarakan.
Akhirnya mereka mengganggu orang-orang yang datang ke masjid untuk beribadah kepada Allah, yang menginginkan ibadahnya bisa tenang dan khusyuk di dalam shalat.
Ketika di masjid, jagalah kehormatan dan kesakralan masjid. Jangan sampai berkumpul anak-anak muda justru malah mengganggu orang-orang yang sedang beribadah, apalagi sampai mencoreng kemuliaan dan kesakralan masjid. Hal ini bahkan juga sering terjadi ketika kajian berlangsung.
Sering juga terjadi gangguan dari orang yang datang ke masjid dengan handphonenya. Handphone tersebut bunyi dengan nada musik yang sangat mengganggu.
Pernah terjadi di Masjidil Haram. Saat itu Syekh Abdurrahman As-Sudais menangis ketika mendengar musik di Masjidil Haram. Kejadian ini terjadi saat sholat berjamaah di Masjidil Haram, di mana tiba-tiba terdengar suara musik dari salah satu makmum.
Ternyata, handphone salah seorang jamaah tidak dimatikan sehingga suara musik terdengar saat panggilan masuk. Setelah selesai memimpin sholat berjamaah, Syekh Sudais menghadap jamaah dengan air mata yang berlinang.
"Di rumah, aku tidak pernah mendengar suara musik, tapi hari ini justru aku mendengar suara musik di rumah Allah."
Maka kita harus memerhatikan handphone yang kita bawa, terutama anak-anak muda, pastikan nada deringnya sudah dimatikan sehingga tidak mengganggu orang yang sedang beribadah di masjid. Perhatikan kemuliaan masjid.
Wasiat Kesepuluh
Di antara wasiat para Salaf kepada pemuda adalah riwayat yang datang dari Muhammad bin Suqah bahwa beliau berkata, "Maimun bin Mihram bertemu denganku lalu aku ucapkan kepadanya,
"Hayyakallah (semoga Allah memanjangkan umurmu)"
Lalu Maimun menjawab,
"Ini adalah salamnya para pemuda. Ucapkanlah salam, yaitu dengan mengucapkan Assalamu 'alaykum." (Dari Abu Nu'aim di dalam Hilyatul Aulia, IV/86)
Nabi ﷺ bersabda:
"Siapa yang memulai ucapan sebelum salam, maka janganlah dijawab." (Ash-Shahihah 816)
Maimun bin Mihram berkata,
"Ini adalah salamnya para pemuda", yaitu ada sebagian pemuda yang mana mereka lebih senang dengan beberapa bentuk kata sapaan.
Wasiat Kesebelas
Di antara wasiat para Salaf kepada para pemuda adalah yang diriwayatkan dari Abi Al Malih, beliau menceritakan bahwa Maimun bin Mihram berkata kepada kami saat kami sedang berada di dekatnya,
"Wahai para pemuda, jadikanlah kekuatan kalian di masa muda kalian dan semangat kalian di dalam ketaatan kepada Allah. Wahai orang tua, sampai kapan kalian lalai dari ketaatan kepada Allah?" (Dari Abu Nu'aim di dalam Al-Hilyah, IV/87)
Maimun rahimahullah berwasiat untuk memanfaatkan kekuatan dan semangat masa muda untuk ketaatan di jalan Allah dan yang mendekatkan diri kepadaNya.
Wasiat Kedua Belas
Dari Al Firyabi rahimahullah beliau berkata:
Pernah suatu ketika Sufyan Ats-Tsauri melaksanakan shalat, kemudian selesai shalat, ia berpaling kepada pemuda sambil mengatakan:
"Jika kalian tidak shalat sekarang, lalu kapan lagi?" (Dari Abu Nu'aim di dalam Al Hilyah, VII/59)
Sufyan Ats-Tsauri memberi wasiat kepada para pemuda dengan wasiat yang agung, yaitu agar menggunakan masa muda mereka di atas ketaatan kepada Allah.
Wasiat Ketiga Belas
Diriwayatkan dari Rabi'ah bin Kultsum bahwa beliau berkata, Hasan Al Bashri rahimahullah memandang kami dan kami dikelilingi oleh para pemuda, lalu Hasan Al Bashri rahimahullah berkata:
"Wahai para pemuda, apakah kalian tidak merindukan bidadari yang bermata elok?" (Dari Ibnu Abi Dunya di dalam Kitab Shifatul Jannah No. 312)
Ini adalah pengalihan yang bagus dari Hasan Al Bashri yang mengingatkan para pemuda tentang kenikmatan surga dan segala kelezatan serta kebahagiaan di dalamnya, termasuk di antaranya adalah bidadari-bidadari yang bermata elok dan cantik jelita. (al-Hur al-'Ain al-Hisan)
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik." (QS. Al Isra' : 19)
Wasiat Keempat Belas
Riwayat yang juga berasal dari Hasan Al Bashri rahimahullah, beliau berkata:
"Wahai para pemuda, jauhilah taswif (menunda-nunda) yaitu nanti aku akan melakukan ini, nanti aku akan melakukan itu" (Dari Ibnu Abi Dunya di dalam Kitab Qisharul Amal No. 212)
Taswif atau menunda-nunda adalah penyakit yang bisa membinasakan para pemuda, seperti perkataan "nanti aku akan bertaubat", *nanti aku akan shalat", "nanti aku akan menghapal Alquran", akhirnya mereka tidak melakukannya, tidak mengusahakannya, tidak memanfaatkannya, namun mereka justru mengakhirkannya dan menunda-nunda.
Bisa jadi kebanyakan mereka saat akan bertaubat dengan memasang target usia tertentu dari hidupnya, tapi ternyata kematian pun datang tanpa disangka sebelum usia yang ditargetkan untuk bertaubat itu sampai kepadanya.
Wasiat Kelima Belas
Diriwayatkan dari Hafshah binti Sirin bahwa beliau berkata:
"Wahai para pemuda, manfaatkan diri kalian pada saat diri kalian masih di usia muda. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak melihat suatu amalan yang paling baik dikerjakan kecuali di masa muda." (Dari Al-Marruzi rahimahullah di dalam Mukhtasor Qiyam al-Lail hal. 49)
Jika seseorang menyia-nyiakan masa mudanya, maka akan habis masa mudanya karena mencari kenikmatan, mengikuti syahwat, dan kesenangan jiwa. Terutama hal-hal yang diharamkan hanya untuk mencari kesenangan sesaat. Ini akan menjadi penyesalan yang tidak bisa dihilangkan, bahkan membuat orang menderita dan sangat pedih dirasakan.
Seorang penyair berkata:
"Kesenangan di masa muda bagi pelakunya awalnya adalah menyenangkan, namun saat tua berubah menjadi siksaan".
Hasan Al Bashri rahimahullah bertemu dengan orang tua yang lalai terhadap agamanya. Kemudian beliau berkata,
"Wahai Saudaraku, berapa usiamu?"
Orang tua tersebut berkata, "Usiaku 60 tahun". Hasan Al Bashri bertanya, "Sadarkah kamu bahwa kamu sedang menempuh suatu jalan, dan hampir sampai di penghujung jalan itu (kematian)?"
Orang tua tersebut berkata, "Innaa lillahi wa innaa ilayhi raaji'uun". Hasan Al Bashri bertanya, "Apakah kamu tahu makna innaa lillahi wa innaa ilayhi raaji'uun?", Orang tua tersebut bertanya, "Apa maknanya?"
Memang banyak orang yang rutin mengulang bacaan dzikir, tapi dia tidak memahami makna dan artinya.
Hasan Al Bashri berkata, "Innaa lillah maknanya adalah aku adalah milik Allah, dan innaa ilayhi raaji'uun bermakna aku akan kembali kepadaNya". Kemudian Hasan Al Bashri bertanya, "Jika kamu sadar bahwa kamu adalah hamba Allah dan kamu akan kembali kepadaNya, maka ketahuilah bahwa Allah akan bertanya kepadamu. Jika kamu tahu Allah akan bertanya kepadamu, maka persiapkan jawabannya dari sekarang."
Orang tua itu pun tersadar, dan dia merasa harus mengejar ketertinggalannya. Kemudian dia pun berkata, "Apa solusinya? Berikan aku jalan keluar". Hasan Al Bashri berkata, "Solusinya mudah. Perbaikilah amalmu di waktu yang tersisa, maka dosamu yang lalu akan diampuni. Karena jika kamu tetap berbuat buruk di umurmu yang tersisa, maka kamu akan dihukumi karena dosa di sisa umurmu dan juga dosamu yang lalu."
No comments:
Post a Comment