Perjuangan Mempertahankan Agama
Oleh: Ustadz Maududi Abdullah hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Kamis, 12 Syawal 1446 / 10 April 2025
Manusia diciptakan dalam keadaan lemah, dan kekuatan yang ada pada manusia karena dibantu oleh Allah dengan anugerah dan kasih sayangnya.
“Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
Allah menjadikan Nabi ﷺ seorang yang paling dimuliakan. Diberikan kepada beliau syariat terbaik dan umat terbaik. Namun ketahuilah bahwasanya umat yang terbaik, secara totalitas ada pada umat yang langsung bertemu dengan beliau, belajar dan mengamalkan ilmu langsung dari beliau.
Hati-hati dengan jebakan setan ketika dikatakan bahwa umat terbaik adalah umat Muhammad ﷺ lalu kita mengatakan, "Saya adalah orangnya". Ini tidak boleh. Umat terbaik adalah orang yang mengikuti beliau secara ilmu dan amal, dan totalitas dari semuanya hanya dimiliki oleh para Sahabat radhiyallahu 'anhuma 'ajmain. Satu generasi saja setelahnya, ada yang tidak mendapatkan kemuliaan tersebut. Mereka hanya bertemu dengan orang yang pernah bertemu dengan Nabi ﷺ. Lalu bagaimana dengan generasi kita? Setelah sekian lama berlalu dari zaman ke zaman.
Benar bahwa generasi terbaik adalah generasi pertama, kemudian kedua, dan ketiga. Tapi secara total, hanya generasi pertama yang mendapatkan kemuliaan.
"Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Diaah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS. An Najm : 32)
Jika kita sudah wafat di atas husnul khotimah, maka itu baru bisa dipastikan bahwa kita wafat dalam keadaan mulia.
Perlahan tapi pasti, umat Islam pasti ditarik oleh Iblis sehingga melenceng atau menyimpang dari ajaran Islam yang benar.
Allah berjanji untuk menjaga agama ini, tapi tidak berjanji untuk menjaga umat Nabi Muhammad ﷺ.
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran (agama), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al Hijr : 9)
Di antara manusia yang beragama mulai menyimpang dari pemahaman agama yang haq, dan itu sudah terjadi sejak generasi kedua. Di akhir generasi terbaik, semakin bermunculan orang-orang menyimpang sehingga membuat firqoh-firqoh baru.
Dari ‘Auf bin Malik, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,
"Yahudi terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, satu (golongan) masuk Surga dan yang 70 (tujuh puluh) di Neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang 71 (tujuh puluh satu) golongan di Neraka dan yang satu di Surga. Dan demi Yang jiwa Muhammad berada di TanganNya, ummatku benar-benar akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, yang satu di Surga, dan yang 72 (tujuh puluh dua) golongan di Neraka,’ Ditanyakan kepada beliau, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang masuk Surga itu) wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Al-Jama’ah.’ (HR. Ibnu Majah)
Allah menjaga agamanya melalui hamba-hambaNya yang ditakdirkan memiliki pemahaman yang benar dan menyebarkannya. Begitulah yang Allah tetapkan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
”Ilmu ini akan dipikul orang-orang yang adil dari setiap generasi. Mereka menolak tahrif orang yang melewati batas, menolak kedustaan dari ahli kebathilan dan takwil orang bodoh.” (Riwayat Ahmad dan Baihaqi)
Agama Nabi Muhammad ﷺ tidak akan pernah berubah, akan selalu sempurna.
Tidak ada yang berhasil mengubah Alquran, karena begitu ketatnya penjagaan Allah. Salah satunya adalah dengan banyaknya para penghapal Alquran. Siapapun yang mencoba mengubah isi Alquran, maka langsung diketahui oleh umat Muslim. Mustahil manusia bisa mengubah Alquran secara teksnya. Namun yang bisa diubah adalah pemahamannya, bukan nashnya.
Siapapun yang menyimpang dari agama ini disebabkan karena pemahaman yang keliru dalam memahami nash. Itulah permainan Iblis terhadap umat Nabi Muhammad ﷺ.
3 bentuk penyimpangan dalam syariat:
1. Tahrif, penyimpangan dari orang-orang yang berlebihan dalam beragama
2. Tudingan atau kedustaan dari orang yang ingin menghancurkan agama
3. Takwil dari orang-orang jahil
Kita sangat ingin masuk surga atau kita ingin terhindar dari api neraka, tetapi tidak ada yang bisa memastikan.
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
“Barangsiapa hendak mengambil teladan maka teladanilah orang-orang yang telah meninggal. Mereka itu adalah para sahabat Muhammad ﷺ. Mereka adalah orang-orang yang paling baik hatinya di kalangan umat ini. Ilmu mereka paling dalam serta paling tidak suka membeban-bebani diri. Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah guna menemani NabiNya ﷺ dan untuk menyampaikan ajaran agamaNya. Oleh karena itu tirulah akhlak mereka dan tempuhlah jalan-jalan mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Al Wajiz fi ‘Aqidati Salafish-Shalih, hal. 198)
Penyimpangan pertama yang terjadi di dalam Islam adalah berlebihan di dalam agama. Kemudian penyimpangan lainnya adalah jahil dalam memahami agama, terkesan beragama seadanya, tidak paham agama tapi berbicara agama sehingga agama ditafsirkan dengan aneh.
Banyak orang beragama hanya berlandaskan dengan niat, kemudian seenaknya dalam beragama.
Sering sekali orang menilai orang lain berlebihan. Penilaian berlebihan harus sesuai dengan takaran syariat, bukan takaran pribadi. Bisa jadi apa yang sesuai dengan Alquran dan Hadits dianggap orang berlebihan. Bisa jadi kita yang berusaha untuk beragama sesuai dengan Alquran dan Sunnah justru dibilang ekstrim. Karena penilaian ekstrim sudah sering disematkan kepada orang-orang yang beragama dengan benar.
Penyimpangan lainnya lagi adalah tudingan atau kedustaan untuk menghancurkan Islam, di antaranya membuat pemahaman yang bathil di dalam agama. Termasuk musuh Islam masuk untuk menyerang Islam, terutama para pemuda yang semangat terhadap dunia tapi lalai dengan akhirat. Sehingga banyak pemuda yang ragu bahkan tidak meyakini adanya Allah.
Mari kita berusaha untuk mempertahankan agama dengan memahami agama ini sesuai dengan pemahaman para Sahabat radhiyallahu 'anhuma 'ajmain. Baik perjuangan individu ataupun perjuangan bersama.
Agama Allah terbagi 2, yaitu ILMU dan AMAL.
Jangan mengelompokkan diri dengan kelompok yang begitu banyak. Kita beragama mengikuti apa yang para Sahabat Nabi ﷺ memahami dan mengamalkannya.
Ada kesempatan untuk menjadi umat terbaik, namun kepastian itu belum ada, itu sebabnya mari berusaha untuk menjadi umat terbaik dengan ilmu dan amal yang sesuai dengan bagaimana para Sahabat memahami dan mengamalkannya.
No comments:
Post a Comment