Istirahat Sejenak Setelah Lelah
Oleh: Ustadz Muhammad Halid Syar'ie hafizhahullah
Masjid Darsyafii, Pejaten, Jakarta Selatan
Sabtu, 20 Syawal 1446 / 19 April 2025
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia paham dalam agama” (Muttafaqun ‘alayh).
Salah satu sarana untuk kita paham agama adalah dengan menghadiri Majelis ilmu.
Banyak kejadian yang terjadi di dalam hidup manusia.
Di antara manusia ada yang sudah membangun usahanya, dengan sekejap hancur. Begitupun dengan kesehatan yang menurun, pasangan yang pergi, dan ujian lainnya. Ujian terus datang bertubi-tubi. Begitulah kehidupan dunia.
Setiap ujian kita berbeda-beda. Bisa diuji melalui harta, kehidupan, pasangannya, dan semacamnya.
Sudah sepantasnya kita mengingat seorang hamba yang memang kita diperintahkan untuk mengingatnya. Beliau memiliki harta yang banyak, juga keluarga dan anak yang begitu banyak. Namun Allah hilangkan segalanya. Beliau adalah Nabi Ayyub alayhissalam.
"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Rabbnya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan". (QS. Shad : 41)
Nabi Ayyub 'alayhissalam disifati sabar, padahal kehidupan sebelumnya beliau memiliki harta dan keluarga yang sangat banyak. Di awal kehidupan luar biasa. Kekayaan demi kekayaan beliau memiliki.
Allah memiliki isyarat kepada kita bahwasanya Nabi Ayyub alayhissalam dan kesabaran adalah tanda kebesaran Allah. Dalam ujian, Nabi Ayyub selalu berdoa dan berdzikir kepada Allah.
Kisah Israiliyyat adalah pelengkap dari kisah yang terdapat di dalam Alquran dan Sunnah. Termasuk kisah Nabi Ayyub juga didapatkan banyak dari kisah Israiliyyat.
Seluruh kisah para Nabi, sebagian besarnya adalah tentang ujian. Itulah yang membuat para Nabi istimewa.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“(Orang yang paling keras ujiannya adalah) para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka senantiasa seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Allah memberikan ujian agar kita mendekatkan diri kepada Allah. Namun sebagian besar dari kita justru semakin menjauhkan diri dari Allah.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imron : 102)
Segala yang ditetapkan oleh Allah sudah sesuai dengan standar bagi hambaNya.
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (pemberianNya), lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Maidah : 54)
Allah tidak memiliki kebutuhan sedikit pun kepada kita. Maka ujian itu adalah supaya kita yang justru yang mendekatkan diri kepada Allah. Kalau hidup tidak ada ujiannya, maka kita akan lupa kepada Allah.
Nabi Ayyub alayhissalam ketika Allah mengambil seluruh harta dan keluarganya, beliau justru merasa bahwa beliau bisa semakin mendekat kepada Allah. Betapa sabarnya beliau.
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (kepada Rabbnya)." (QS. Shad : 44)
Bahkan Iblis merasa gagal karena Nabi Ayyub alayhissalam tidak bisa digoda. Iblis pun memanggil seluruh pasukannya karena selalu gagal mengganggu Nabi Ayyub alayhissalam.
Kemudian Iblis mengganggu istri Nabi Ayyub alayhissalam. Kemudian istrinya mendatangi Nabi Ayyub alayhissalam dan berkata:
"Wahai suamiku, sampai kapan engkau disiksa oleh Rabbmu, di mana segala harta dan anak-anak kita telah musnah, begitu juga sahabat-sahabatmu telah menjauhkan diri. Mohonlah wahai suamiku Ayyub kepada Rabbmu, supaya kita dibebaskan dari penderitaan yang terus menerus ini.”
Kemudian Nabi Ayyub alayhissalam berkata; “Wahai istriku, engkau menyesali akan peristiwa yang terjadi. Aku ingin bertanya kepadamu berapa tahunkah kita menikmati kesenangan dan kemewahan yang diberikan oleh Allah?” Istrinya menjawab 70 tahun. Kemudian Nabi Ayyub alayhissalam bertanya lagi; “Berapa lamakah kita diuji oleh Allah seperti ini?” Istrinya menjawab sekian belas tahun.”
“Aku malu untuk memohon kepadaNya untuk bebas dari ujian ini, jika dibanding nikmat yang kita rasakan dengan ujian yang diberikan oleh Allah tidak sebanding. Kiranya engkau telah mendengar hasutan Iblis yang durjana sehingga imanmu menjadi menipis. Tunggulah ganjaran mu nanti, setelah aku sihat aku akan mencambuk mu sebanyak seratus kali. Tinggalkan aku seorang diri di sini menunggu takdir Ilahi!”
Nabi Ayyub alayhissalam mampu sabar hingga 70 tahun sesuai nikmat yang telah Allah berikan kepadanya.
"Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Rabbnya: "(Wahai Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Rabb Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. Anbiya : 83-84)
Nabi Ayyub menyampaikan ini kepada Allah setelah ia diuji sakit setelah 13 tahun. Nabi Ayyub menyampaikan kelemahannya kepada Allah. Semakin kita mengeluhkan ujian dan kedzaliman diri kita kemudian menyatakan kebesaran Allah, maka Allah akan semakin mengijabah doa. Semakin seorang merasa hina kepada Allah, itu akan semakin mendekatkan diri kita kepada Allah.
"Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah doa." (HR. Muslim No. 482)
Setelah Nabi Ayyub ‘alaihis salam sabar menghadapi cobaan dan doa beliau terkabul, akhirnya beliau diberi kembali istri dan anak seperti yang dulu ada.
Disebutkan bahwa Nabi Ayyub alayhissalam mendapatkan ganti istri yang lebih muda dan memiliki 26 anak laki-laki. Wahb mengatakan bahwa beliau memiliki sembilan anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Ibnu Yasar menyatakan bahwa anak beliau adalah tujuh anak laki-laki dan tujuh anak perempuan. (Lihat Tafsir Al-Baghawi, 17: 185)
Siapa yang senang bersantai di dunia, maka dia tidak akan bisa santai di akhirat. Berusahalah untuk selalu bisa beribadah kepada Allah dalam segala keadaan yang kita hadapi.
Kisah Nabi Ayyub alayhissalam ini semoga bisa menjadikan kita seorang hamba yang lebih sabar dan selalu berusaha beribadah kepada Allah.
No comments:
Post a Comment