Kitab Al Lu'lu Wal Marjan - Hadits 79 s/d 81
Kumpulan Mutiara Hadits Shahih Bukhari - Muslim
Oleh: Ustadz Nizar Sa'ad Jabal hafizhahullah
Masjid Nurullah, Kalibata City, Jakarta Selatan
Rabu, 25 Syawal 1446 / 23 April 2025
Hadits 79
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku dan tidak mengambil keburukan yang terlintas di hati umatku selagi mereka tidak mengucapkannya atau melakukannya."
Di redaksi lain disebutkan dengan kalimat, "Allah tidak akan memberikan dosa selama itu hanya terbersit dalam pikiran mereka, tidak diucapkan dan tidak dilakukan."
Maksudnya adalah, seringkali di benak kita terbersit untuk mengucapkan atau melakukan sesuatu, bukan niatan, tapi sesuatu yang terlintas dalam pikiran bahwa kita ingin melakukan ini dan itu, hanya terlintas sesaat, tiba-tiba.
Niat adalah sebuah kekuatan di dalam hati untuk melakukan sesuatu, tapi yang dimaksud tadi adalah hanya yang terlintas atau terlewat dalam pikiran (para ulama menyebut istilah ini sebagai HAM).
Apa yang terbersit di hati kita, jika itu keburukan, itu tidak ada konsekuensi dosa, karena belum diucapkan atau diperbuat. Namun, kalau sudah diucapkan atau diperbuat, maka itu sudah menjadi niatan yang kuat, dan mendapatkan konsekuensi dosa.
Bahasan ini seringkali dimasukkan para ulama ke dalam masalah talaq. Ketika suami-istri berselisih, kemudian terbersit di pikiran suami untuk menceraikan istrinya. Apakah kalimat yang terbersit di pikirannya itu sudah jatuh talaq?
Mayoritas para ulama menilai talaqnya tidak jatuh, karena hanya terbersit di dalam hati atau pikirannya, belum diucapkan.
Para ulama juga memasukkan pembahasan ini dalam kaitannya dengan nazar. Ketika nazar sudah diucapkan, jika begini maka saya akan begini. Apakah ini jadi nazar? Maka jawabannya adalah tidak.
Di dalam Hadits tersebut ada kalimat, "Allah memaafkan pada umatku", berarti ini adalah kemuliaan yang hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad ﷺ saja. Sedangkan umat-umat terdahulu akan diadzab dengan keburukan yang terbersit di hati dan pikiran mereka.
"Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendakiNya dan menyiksa siapa yang dikehendakiNya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Baqarah : 284)
Ketika ayat ini turun, para Sahabat mendatangi Rasulullah ﷺ dan mengatakan, "Wahai Rasulullah, kami tidak mampu menghadapi ayat ini." Kemudian Rasulullah ﷺ menjawab, "Katakan saja, sami'na wa atho'na. Apakah kalian ingin seperti yang disampaikan orang-orang Yahudi, jika diberitahu mereka membantah?"
Lalu turunkan ayat setelahnya,
"Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami wahai Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Wahai Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (QS. Al Baqarah : 285-286)
Apa yang banyak terbersit di hati kita tidak ada nilai hukumnya di sisi Allah, kecuali niat di dalam hati. Inilah kemuliaan yang diberikan kepada umat Nabi Muhammad ﷺ, sedangkan umat terdahulu akan dihisab oleh Allah.
Hadits 80
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
”Jika salah seorang dari kalian memperbaiki keislamannya, maka setiap kebaikan yang dikerjakannya ditulis dengan sepuluh kebaikan yang sama hingga tujuh ratus kali lipat dan setiap kesalahan yang dikerjakannya ditulis dengan satu kesalahan yang sama hingga ia bertemu Allah.” (HR. Muslim)
Ketika seseorang punya keinginan untuk naik haji, itu hanya terlintas di dalam pikiran. Jika dia melakukan sesuatu dengan menabung dan mendaftar Haji, maka dia memiliki niat yang kuat. Ketika dia sudah melakukan cicilan untuk berangkat haji, lalu dia meninggal dunia, meski dia belum berangkat haji tapi dia sudah mendapatkan pahala haji penuh karena niatnya tersebut.
Rahmat Allah jauh lebih luas dari keadilan Allah. Rahmat adalah perbuatan baik dibalas dengan sepuluh kali lipat kebaikan, sedangkan keadilan Allah adalah kesalahan dibalas dengan dengan yang serupa.
Hadist 81
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabbnya. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisiNya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisiNya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga perlipatan yang banyak. Jika dia berniat melakukan keburukan lalu tidak jadi mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisiNya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu sebagai satu keburukan.” (HR. Bukhari No. 6491 dan Muslim No. 131)
Ketika seseorang punya niat untuk berqurban, lalu ia menabung, namun ketika harinya, uang tersebut belum cukup, dia tetap mendapatkan pahala kebaikan.
Ketika seseorang memiliki niat ingin mencuri, lalu dia ingat bahwa mencuri adalah dosa. Maka dia mendapatkan kebaikan sempurna, karena dia mendapatkan perbuatan dosanya karena Allah.
Ketika seseorang memiliki niat ingin mencuri, lalu dia melihat cctv, maka dia tetap mendapatkan dosa mencuri.
Abu Bakrah Nufa’i bin Harits Ats Tsaqafi berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda:
“Apabila dua orang Islam yang bertengkar dengan pedangnya, maka orang yang membunuh dan yang terbunuh sama-sama berada di dalam neraka.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, sudah wajar yang membunuh masuk neraka, lantas bagaimana gerangan yang terbunuh?” Beliau menjawab, “Karena ia juga sangat berambisi untuk membunuh sahabatnya.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari No. 31 dan Muslim No. 2888).
Syaikh Utsaimin berkata,
"Seseorang berkata bahwa dia akan membelikan bahan makanan untuk si Fulan, tetapi dia harus membayar biaya pengobatannya, maka dia mendapatkan dua pahala sekaligus".
No comments:
Post a Comment