Kajian Rabu
The Rabbaanians
Ukuran Moral Bukan Kecerdasan
Oleh: Ustadz Abu Fahd Ega hafizhahullah
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
3 Dzulqo'dah 1446 / 30 April 2025
Kita hidup di zaman yang tersebar berbagai macam fitnah syahwat dan syubhat, tersebar berbagai hal yang memberikan manfaat dan yang bisa merusak kita. Hal ini membuat sebagian masyarakat bingung untuk menentukan standar moral hidup mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda:
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah melakukan kebaikan sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia.” (HR. Muslim No. 118)
Ketika Nabi ﷺ mengatakan akan terjadi fitnah, maksudnya adalah banyak orang yang tidak menyadari bahwa itu adalah fitnah, mereka bingung. Sehingga mereka salah menentukan standar moral, mana yang baik dan buruk, mana yang pintar dan bodoh, dan sebagainya. Itu karena banyak fitnah yang datang bagai malam gelap gulita.
Di dalam Islam, kita diajarkan untuk menggunakan akal, salah satu anggota tubuh yang diberikan oleh Allah. Maka akal kita harus digunakan. Itu sebabnya Islam selalu mendidik umatnya untuk menjadi orang yang berpikir dan cerdas.
Nabi ﷺ mewajibkan untuk belajar ilmu agama.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah)
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
"Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim No. 2699)
Begitu seriusnya Islam agar umatnya menjadi orang yang cerdas. Tidak ada agama yang memiliki kajian lebih banyak daripada agama Islam. Tidak ada agama yang memiliki buku pengetahuan terbanyak daripada agama Islam.
Dahulu para Sahabat duduk di depan Nabi ﷺ untuk belajar agama. Belajar itu menjadi identitas umat Islam.
Aisyah terbiasa untuk menjawab pertanyaan para Sahabat ditemani oleh mahramnya. Dia mengajarkan ilmu kepada para Sahabat.
Jika kita perhatikan apa yang terjadi, sebagian kaum Muslimin lebih memerhatikan bentuk ilmu dunia daripada ilmu agama. Sebagian merasa kecerdasan itu dinilai dari kecerdasan ilmu dunia, padahal ini keliru. Kecerdasan yang sebenarnya adalah kecerdasan dalam ilmu agama.
Kecerdasan terbagi dua, yaitu:
1. Kecerdasan Agama (Iman);
2. Kecerdasan Dunia.
yang harus menjadi perhatian adalah seseorang harus memprioritaskan kecerdasan imannya. Tanpa iman, semuanya akan berantakan.
Seseorang yang memiliki kecerdasan dunia tapi tidak memiliki kecerdasan iman, maka itu akan merusak dirinya.
Allah Ta'ala berfirman:
أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az Zumar : 9)
Seorang yang memiliki kecerdasan iman tahu bahwasanya hidup adalah fana, sementara.
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu pernah ditanya, “Siapakah manusia yang paling cerdas?” Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Manusia yang paling banyak mengingat mati dan paling bagus dalam menyiapkan bekal setelah mati. Itulah manusia yang paling cerdas.” (Lihat Taudhihul Ahkam, 3: 134)
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا تَسْتَقِلُّ الشَّمْسُ فَيَبْقَى شَيْءٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ إِلَّا سَبَّحَ اللهَ بِحَمْدِهِ، إِلَّا مَا كَانَ مِنَ الشَّيَاطِيْنِ، وَأَغْبِيَاءِ بَنِي آدَمَ
“Tidaklah matahari itu terbit lalu ada satu makhluk Allah kecuali dia bertasbih memuji kepada Allah, kecuali makhluk dari golongan setan dan orang-orang bodoh dari Bani Adam.” (Diriwayatkan oleh Abu Na’im dalam kitab “al-Hilyah”).
Kalau kita ingin menjadi orang cerdas, maka prioritaskan akhirat. Ketika tahu dirinya kurang dalam ilmu agama, maka seharusnya kita belajar.
Allah mencela orang yang tidak memiliki kecerdasan iman di dalam Alquran:
Allah Ta'ala berfirman:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى ٱلْأَبْصَٰرُ وَلَٰكِن تَعْمَى ٱلْقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ
"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (QS. Al Hajj : 46)
Orang yang tidak memiliki kecerdasan disebutkan Allah lebih buruk daripada bintang ternak, bahkan lebih buruk lagi.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al A'raaf : 179)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan tersebut:
"Bintang ternak tahu sesuatu yang bisa membahayakan dirinya, dan dia akan menyelamatkan diri; tetapi manusia justru tidak menyadari keburukan untuk mereka."
Allah Ta'ala berfirman:
يَعْلَمُونَ ظَٰهِرًا مِّنَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ ٱلْءَاخِرَةِ هُمْ غَٰفِلُونَ
"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai." (QS. Ar-Ruum : 7)
Ilmu agama adalah modal utama kita dalam menjalani hidup ini.
Allah Ta'ala berfirman:
يُؤْتِى ٱلْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ ٱلْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
"Allah menganugerahkan al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Alquran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." (QS. Al Baqarah : 269)
Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata:
"Tidak ada orang yang bisa memahami Alquran kecuali orang yang cerdas."
Kalau kita mau menjadi orang cerdas, maka pelajari Alquran. Ketika ketika mendapatkan kecerdasan, maka kita akan bisa menjalani hidup ini.
Ilmu adalah apa yang tampak dari dalam diri kita, yang menjadi akhlak kita, apa yang kita amalkan.
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang berilmu). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Fathir : 28)
Kalau kita tidak memiliki standar moral hidup yang benar, kita akan mengatakan yang benar itu salah dan mengatakan yang salah itu benar.
Kecerdasan adalah sesuatu yang membutuhkan pengamalan.
Ilmu agama adalah satu-satunya ilmu yang bisa menyelamatkan dan bisa memberikan kebahagiaan bagi kita di dunia dan akhirat.
Orang yang diberikan keimanan akan selalu merasa tenang dan menerima apa yang sudah Allah tetapkan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim No. 2999)
Orang yang mengerti agama, Allah telah janjikan kebaikan kepadanya.
Allah Ta'ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl : 97)
No comments:
Post a Comment