Kajian Selasa
80 Langkah Cerdas Agar Selamat Dari Siksa Neraka
Oleh: Ustadz Khalid Basalamah hafizhahullah
Selasa, 8 Dzulqo'dah 1446 / 6 Mei 2025
Masjid Darsyafii, Pejaten, Jakarta Selatan
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tujuh puluh ribu orang dari umatku akan masuk surga tanpa hisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak beranggapan sial dan mereka selalu bertawakkal pada Rabbnya.” (HR. Bukhari)
Ada 3 orang yang disebutkan dalam Hadits tidak akan terkena siksa neraka, yaitu:
1. Mereka adalah orang yang tidak minta ruqyah
2. Mereka tidak tathayyur atau kesialan pada waktu tertentu
3. Mereka bertawakkal kepada Rabbnya
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata:
"Tawakkal berasal dari kata wukul, yaitu menyerahkan dan mempercayakan." (Kitab Fathul Bari, 11/125)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata:
“Tawakkal yang hakiki adalah penyandaran hati yang sebenarnya kepada Allâh Azza wa Jalla dalam meraih berbagai kemaslahatan (kebaikan) dan menghindari semua bahaya, dalam semua urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepadanya dan benar-benar meyakini bahwa tidak ada yang dapat memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya serta memberikan manfaat kecuali Allâh (semata).” (Kitab Jami'ul Ulum Wal Hikam, hal. 516)
Banyak ayat Alquran yang menjelaskan tentang Tawakkal, di antaranya adalah:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
"Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya." (QS. Ali Imron : 159)
Bagi seorang Muslim tidak ada keraguan. Selama poinnya benar, maka lakukan dan jangan mundur.
قَالَ رَجُلَانِ مِنَ ٱلَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمَا ٱدْخُلُوا۟ عَلَيْهِمُ ٱلْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَٰلِبُونَ ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
"Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (QS. Al Maidah : 23)
وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْعَزِيزِ ٱلرَّحِيمِ
"Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang" (QS. Asy-Syuara : 217)
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Al Anfal : 49)
وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا
"Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hambaNya." (QS. Al Furqan : 58)
Kalau kita ingin rajin mengerjakan ibadah, maka saran para ulama adalah carilah keutamaan atau fadhilah dari amalan atau ibadah tersebut. Begitupun ketika kita dihadapkan kepada maksiat, maka kita harus tahu ancamannya supaya kita bisa menghindarinya
Keutamaan Tawakkal:
1. Tawakkal adalah ibadah
Ketika kita ingin melakukan sesuatu, maka serahkan semuanya kepada Allah.
2. Orang yang bertawakkal akan memiliki ketenangan jiwa dan yakin bahwa Rabbnya selalu bersamanya
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. Ath-Thalaq : 3)
3. Tawakkal adalah sebab datangnya rezeki
Siapa yang bertawakkal maka akan diberikan rezeki baginya dan memenuhi kebutuhannya.
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. Ath-Thalaq : 3)
Nabi ﷺ membacakan ayat di atas kepada Abu Dzar radhiyallahu 'anhu dan bersabda kepadanya, “Seandainya seluruh manusia mengambil ayat ini, maka ayat ini cukup bagi mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir VIII/146)
Ibnu Jarir Ath-Thabari menjelaskan
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya."
Al Qurthubi berkata,
"Barangsiapa yang menyandarkan dirinya kepada Allah, maka Allah akan memberikan kecukupan pada setiap urusannya." (Al Jami’ Liahkamil Qur’an)
Asy Syaukani berkata:
"Barangsiapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah, maka Allah akan memberikan kecukupan pada urusan-urusannya." (Fathul Qodir, Asy Syaukani, 7/241, Mawqi’ At Tafasir.)
Imam Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di
“Hakikat tawakal kepada Allah yaitu seorang hamba mengetahui bahwa segala urusan/perkara adalah milik Allah. Bahwasanya apa yang Allah kehendaki, akan terjadi. Dan apa yang Allah tidak kehendaki, tidak akan terjadi. Dialah Allah yang memberi manfaat dan juga yang memberi mudharat. Dialah Allah yang memberi dan menahan. Dan tidak ada perubahan dari satu kondisi ke kondisi yang lain, tidak ada kekuatan kecuali dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah seorang hamba yakin akan hal ini, maka dengan hatinya dia bersandar kepada Rabbnya. Dalam rangka untuk meraih kemaslahatan yang berkaitan dengan agamanya maupun tentang dunianya. Dalam rangka juga untuk menolak kemudharatan. Dan dia benar-benar percaya kepada Allah dalam rangka meraih apa yang dia cari. Disertai dengan dia menyandarkan hatinya kepada Allah, dia juga berusaha untuk berikhtiar (berusaha melakukan sebab). Maka kapan seorang hamba senantiasa menghadirkan ilmu ini dalam dirinya (yaitu meyakini segala sesuatu di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala), dan senantiasa menghadirkan dalam hatinya menyandarkan diri kepada Allah dan percaya kepada Allah, maka sungguh dia telah bertawakal kepada Allah secara sungguh-sungguh. Dan hendaknya dia bergembira bahwasanya Allah akan mencukupkan urusannya. Dan Allah telah memberi janjiNya kepada orang-orang yang bertawakal.”
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, 1/30, Tirmidzi No. 2344, Ibnu Majah No. 4164, dan Ibnu Hibban No. 402)
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah No. 2144)
Tawakkal adalah seorang menyandarkan sesuatu kepada Allah dengan ia berusaha terlebih dahulu. Sedangkan tawakkul adalah seorang menyandarkan sesuatu kepada Allah tanpa berusaha.
Ketergantungan kepada Allah adalah azas yang harus selalu dilakukan oleh setiap Muslim.
Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di rumah atau di masjid seraya berkata, “Aku tidak mau bekerja sedikitpun, sampai rezekiku datang sendiri”. Maka beliau berkomentar, “Ia adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi ﷺ telah bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah menjadikan rezekiku dalam bayang-bayang tombak perangku (ghonimah)’. Dan beliau juga bersabda, ‘Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah memberimu rezeki sebagaimana yang diberikanNya kepada burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.’ (HR. Tirmidzi).
Selanjutnya Imam Ahmad berkata, “Para sahabat juga berdagang dan bekerja dengan mengelola pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita.” (Fathul Bari, 11/305-306)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Qadarullah wa ma sya'a fa'al (Ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki), karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan." (HR. Muslim No. 2664, Ahmad II/366, 370, Ibnu Majah No. 79, 4168)
4. Tawakkal adalah sebab masuk ke dalam surga.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tujuh puluh ribu orang dari umatku akan masuk surga tanpa hisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak beranggapan sial dan mereka selalu bertawakkal pada Rabbnya.” (HR. Bukhari)
5. Akan Meraih Cinta Allah
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya." (QS. Ali Imran : 159)
6. Selamat dari Gangguan dan Marabahaya
Ibnul Qoyyim rahimahullah tawakkal sebab utama yang bisa menolong seseorang dari apapun yang dia khawatirkan karena Allah yang akan menjadi pencukupnya.
"Barangsiapa yang menyibukkan dirinya dengan bersandar kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya. Barangsiapa yang disibukkan dirinya dengan bersandar kepada dirinya sendiri maka Allah akan membiarkan dia bergantung kepada dirinya sendiri. Barangsiapa yang menyandarkan dirinya kepada manusia, maka Allah membuat dia bersandar kepada manusia tersebut."
No comments:
Post a Comment