Saturday, 5 July 2025

Dauroh Keluarga Series: Ada Uang Abang Disayang, Tidak Ada Uang Kita Berjuang // Ustadz Nizar Sa'ad Jabal hafizhahullah

Dauroh Keluarga Series
Aku Mencintaimu Karena Allah
Ada Uang Abang Disayang, Tidak Ada Uang Kita Berjuang 
Oleh: Ustadz Nizar Sa'ad Jabal hafizhahullah
Masjid Darsyafii, Pejaten, Jakarta Selatan
Sabtu, 9 Muharram 1447 / 5 Juli 2025

Keburukan dan kejahilan semakin masuk ke dalam diri kita semua. Di sinilah pentingnya kita menjaga imun dari hati kita sendiri akan gencarnya serangan fitnah.

Harta adalah salah satu konflik besar dalam keluarga bisa terjadi.
Setiap orang pasti membutuhkan harta.

Manusia terlahir dengan mencintai laki-laki, perempuan, keturunan. Untuk mendukung semuanya, maka dibutuhkan harta. Manusia pasti akan mencintai itu. Itulah yang dijadikan oleh iblis, sehingga konflik yang terjadi di dalam keluarga adalah karena harta.

Kalau tidak ada uang, maka itu sudah ketentuan Allah. Maka kita harus sama-sama berjuang.

Harta: “Antara Membinasakan dan Membawa Keberkahan”

Mansyur bin Abdurahman berkata:
Kita duduk bersama Hasan Al-Bashri, datang seorang lelaki dan berkata: tanyakan kepadanya
makna firman Allah,

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al Hadid : 22)

Aku bertanya kepada penanya, beliau berkata:
"Subhanallah, siapa yang meragukan itu? Setiap musibah di langit dan dibumi ada di kitab Allah sebelum manusia diciptakan."

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
"Kami (Allah) memberitahukan kepada kalian akan ilmu Kami yang terdahulu dan catatan Kami yang telah ditentukan akan perkara-perkara sebelum diciptakan, dan takdir Kami akan semua makhluk sebelum keberadaannya, agar kalian mengetahui bahwa apa yang menimpa kalian tidaka akan terlepas dari kalian, dan apa yang tidak berada pada diri kalian tidak akan menimpa kalian. Oleh karena itu, jangan bersedih atas apa yang terlewat dari kalian, jika sesuatu ditakdirkan pasti terjadi."

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri" (QS. Al Hadid : 23)

Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
"Sabar ketika musibah, dan syukur ketika nikmat.Tidak ada seorangpun pasti dia sedih dan bahagia. Tetapi siapa yang tertimpa musibah dia menjadikannya penuh dengan kesabaran, dan siapa yang mendapatkan kebaikan dia bersyukur" (Tafsir Jami' Al-Bayan, Abu Jakfar Ibnu Jarir Ath-Thabari)

Masalah pernikahan berkaitan erat dengan iman dan takdir. Iman dan takdir adalah bagian yang tidak bisa terpiisahkan, baik sebagai pribadi maupun sebagai keluarga.

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al Anbiya : 35)

Kata miskin muncul karena kita selalu memandang orang.

"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia akan berkata: "Rabbku telah memuliakanku. Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Rabbku menghinakanku". (QS. Al Fajr : 15-16)

Halal dan haram juga ujian. Ketaatan dan kemaksiatan juga ujian.

Ketika Allah tidak menciptakan setan, maka kita tidak akan mengetahui kebenaran.

Masalahnya bukanlah perkara halal atau haram, kaya atau miskin, tetapi masalahnya adalah kepatuhan.

Kita tidak suka dengan kata kurang. Kita tidak suka dengan kata miskin. Tapi Allah uji kita dengan apa yang tidak kita sukai.

Ibnul Qoyyim berkata:
"Ibadah bukan dengan apa yang kita sukai saja, tetapi ibadah itu juga dengan apa yang kita benci"

Kita sakit, tetapi tetap harus melaksanakan shalat. Kita kedinginan, tapi tetap harus berwudhu.

Bagaimana pun keadaan kita, kita akan tetap kembali kepada Allah. Kalau kita memahami bahwa kita akan kembali kepada Allah, maka ujian itu akan terasa ringan.

Yang menjadi tolok ukur adalah sudahkah kita merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan.

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
Ada 5 tanda kebahagiaan seseorang, dan 5 tanda kesengsaraan seseorang dalam hidup.
Di antara tanda kebahagiaan seorang hamba :
1. Semakin bertambah ilmunya, bertambah pula tawadhu’ dan kasih sayangnya.
2. Semakin bertambah amalannya, bertambah pula rasa takut dan khawatirnya.
3. Semakin bertambah usianya, ambisinya semakin berkurang
4. Semakin bertambah hartanya, bertambah pula kedermawanan dan kemurahannya.
5. Semakin naik kedudukan dan statusnya, semakin tawadhu, semakin dekat dengan manusia, dan berusaha memenuhi hajat mereka.

Sebaliknya,
Di antara tanda kesengsaraan seorang hamba :
1. Semakin bertambah ilmunya, bertambah pula kesombongan dan keangkuhannya.
2. Semakin bertambah amalannya, bertambah pula rasa bangga pada dirinya, dan merendahkan orang lain, serta menyangka dirinya sudah baik.
3. Semakin bertambah usianya, ambisinya pun meningkat.
4. Semakin bertambah hartanya, meningkat pula sifat bakhil (pelit) enggan untuk menginfakkannya.
5. Semakin naik kedudukan dan statusnya, sifat sombong dan angkuh pun meningkat.


Ketika Harta Kita Berlebih

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri" (QS. Al Hadid : 23)

Jangan bangga dengan kekayaan yang Allah berikan kepada kita.
Abu Jahal juga diberikan kekayaan.
Qarun meminta doa kepada Nabi Musa 'alayhissalam agar kaya. Kemudian Musa 'alayhissalam mendoakannya sehingga Qarun menjadi kaya.
Tapi apakah Allah mencintai mereka?

Ibnu Katsir berkata:
"Jangan membanggakan diri kepada manusia atas nikmat-nikmat Allah kepada kalian, karena itu bukan dari kerja dan jerih payah kalian, itu hanya dari ketentuan Allah, rizki Allah kepada kalian. Jangan jadikan nikmat-nikmat Allah sebagai kesombongan dan keburukan, kalian membanggakan itu kepada manusia. Oleh karena itu Allah berfirman:

وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

"Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri".

Rezeki tidaklah berbanding dengan status pendidikan atau strata. Masalahnya bukan pada usaha, tapi tergantung kepada kepatuhan kita kepada Allah.

عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ

Dari Ka'ab bin Malik Al-Anshari berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidaklah dua ekor serigala lapar mengarah ke kumpulan kambing lebih berbahaya pada agamanya dari obsesi seseorang terhadap harta dan jabatan." (HR. Tirmidzi 2376, Ad-Darimi 2772, Ibnu Hibban 3228, dan Ahmad 16025)

Banyak manusia yang masih terjebak dengan kata-kata kesuksesan adalah kaya dan kesengsaraan adalah miskin. Manusia seperti ini rusak.

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخْلَدَ إِلَى ٱلْأَرْضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ ۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا ۚ فَٱقْصُصِ ٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

"Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir." (QS. Al A'raaf : 176)

Dari Anas, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:

يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ: حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ

"Anak Adam (manusia) semakin tua dan menjadi besar juga bersamanya dua hal: cinta harta dan panjang umur." (HR. Muslim)

Dalam riwayat Bukhari:
"Anak Adam semakin tua, tetapi dua hal semakin matang: cinta harta dan panjang umur."

Seharusnya keinginan terhadap dunia itu menurun karena semakin tua, kematian semakin mendekat, tapi justru manusia tambah rakus.

Laknat Allah semakin besar kepada orang tua yang rakus terhadap harta dan orang tua yang berzina. Seharusnya mereka beribadah, pikirkan hari tua.

Dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:
”Andai anak Adam memiliki dua lembah harta niscaya dia akan berharap ke tiga. Dan tidak ada yang bisa menutup mulut anak Adam kecuali tanah. Allah akan menerima taubat siapa yang bertaubat.” (HR. Bukhari 6436 dan Muslim 1048)

Said bin Amer, kepala daerah Himes Syam, berkata:
"Ketika menerima hadiah 1000 dinar dari Khalifah Umar bin Khaththab: "Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun. Dunia telah datang kepadaku, ia akan merusak diriku"

Istrinya berkata, "Wahai suamiku, sungguh kita juga butuh dengan dinar itu." Kemudian Said bin Amer, "Aku pernah mendengar sabda Rasulullah. Aku tidak mau terlambat masuk ke dalam surga karena dinar tersebut."

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda,

يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ

“Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun.” (HR. Ibnu Majah No. 4122 dan Tirmidzi No. 2353)

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى اليَمَنِ، فَقَالَ: ادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ، فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدِ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ، فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ

“Ketika Nabi ﷺ mengutus Mu’adz radhiyallahu ‘anhu ke negeri Yaman, beliau berkata, ‘Ajaklah mereka kepada syahadah (persaksian) bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah, kecuali Allah; dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah menaatinya, maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka salat lima waktu sehari semalam. Dan jika mereka telah menaatinya, beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka sedekah (zakat) dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir mereka.” (HR. Bukhari No. 1395 dan Muslim No. 19)

Hasan Al-Bashri berkata:
"Dua orang yang rakus, tidak kenyang: rakus akan ilmu, dia tidak kenyang darinya. Rakus akan dunia, tidak kenyang darinya. Siapa yang menjadikan akhirat keinginannya, sering menyebutnya, obsesinya, niscaya Allah akan memenuhi kebutuhannya dan menjadikan kekayaannya ada di hatinya. Dan siapa yang menjadikan dunia keinginannya, sering menyebutnya, obsesinya, niscaya Allah akan memperbanyak hartanya (agar dia lalai dari akhirat) dan menjadikan kemiskinan berada di antara kedua matanya, tidaklah dia di pagi hari melainkan miskin, dan di sore hari miskin."
(Ad-Darimi 343, 1/355)

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
"Semoga Allah menjadikan kalian termasuk mereka: jika Allah memberikan nikmat kepadanya bersyukur, jika diuji bersabar, jika berbuat dosa istighfar (bertaubat). Sungguh tiga perkara tanda kebahagian hamba, tanpa kesuksesannya di dunia dan di akhirat. Tidaklah seorang hamba terlepas darinya selamanya. Sungguh seorang hamba selamanya akan berada dalam tiga lingkaran ini." (Al-Wabil Ash-Shayyib, 5)

Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah ﷺ:

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Ibnu Majah No. 4105, Imam Ibnu Hibban No. 72, Mawariduzh Zham’an, dan al-Baihaqi, VII/288)

As-Sindi menjelaskan hadits di atas:
"Bahwa apa yang ditentukan pada hamba akan rizkinya pasti akan mendatanginya, tidak akan terlepas, tetapi siapa yang mencari akhirat akan mendatanginya tanpa capek, dan siapa yang mencari dunia akan mendatangi dengan capek dan penuh kesulitan. Dia yang mencari akhirat telah menggabungkan antara dunia dan akhirat, karena harapan itu gabungan antara harta, ketenangan di dunia, dan itu telah diperoleh oleh dia yang mencari akhirat. Sedang pencari dunia dia telah rugi dunia dan akhirat, karena dia di dunia sangat capek mencarinya, apalah manfaat harta ketika ketenangan itu hilang." (Hasyiatu As-Sindi 'Ala Ibni Majah 2/524)

Qana'ah itu Bahagia

"Qana'ah, makna aslinya menerima sesuatu dengan wajahnya. Qana'ah berarti ridha dan menerima dengan sedikit materi yang Allah berikan kepada dirinya, ketenangan hati ketika dia tidak mendapatkan seperti yang diperoleh lainnya, merasa cukup dengan apa yang Allah karuniakan kepadanya." (Lihat Mausu'at Nadhrati An-Na'im 8/3167-3168)

Secara umum, qana'ah mencakup 2 hal, yaitu:
1. Merasa puas dan merasa ridho dengan berapapun yang Allah berikan kepada kita.
2. Tidak merasa rendah ketika tidak mendapatkan apa yang kita inginkan.

Dari Abu Hurairah berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
"Wahai Abu Hurairah jadilah sosok yang wara' kamu akan menjadi manusia yang paling rajin ibadah. Jadikah sosok yang qana'ah kamu akan menjadi manusia yang paling bersyukur. Cintailah orang lain seperti kamu mencintai dirimu niscaya kamu menjadi mukmin. Berbuat baiklah kepada tetanggamu niscaya kamu menjadi muslim. Jangan banyak tertawa karena banyak tertawa mematikan hati."
(HR. Ibnu Majah 4217)

Dari Abdullah bin Amer bin Al-Ash bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sungguh beruntung seseorang yang berserah diri hanya kepada Allah, mendapat rizki yang cukup, dan Allah mengaruniahkan kepadanya qana'ah atas apa yang diberikan kepadanya." (HR Muslim 1054, Tirmidzi 2348, dan Ahmad 6683)

Banyak konflik terjadi di saat seorang istri tidak lagi melihat nikmat yang Allah berikan kepada suaminya, tetapi yang dilihat adalah apa yang ada di tangan orang lain, temannya, keluarga yang jauh lebih besar dari pada dirinya, dan juga melihat keiinginan hawa hafsunya yang lebih besar dari apa yang ada tangannya. Lalu, apa yang terjadi pada dirinya saat itu?

Satu kalimat untuk menjawabnya, yaitu menuntut suami diluar kemampuannya, diluar penghasilannya.

Lalu, jika suami tidak bisa memenuhinya, apa yang terjadi berikutnya?
Pintu-pintu keburukan akan terbuka lebar. Bawaddah dan kasih kasih akan pergi meninggalkan rumah mereka. Uang dan materi akan menggantikannya dan berkuasa dalam menentukan segalanya.

Dari Abdullah bin Amer, semoga Allah meridhai keduanya, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Allah tidak melihat kepada seorang perempuan yang tidak bersyukur kepada suaminya, padahal dia tidak bisa terlepas darinya." (HR. An-Nasa'i di As-Sunan Al-Kubra 9086, Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak 2787 dan mengatakan: hadits shahih sanadnya, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah 289)

Abdullah bin Abbas menceritakan sabda Rasulullah ﷺ

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

"Dan aku melihat Neraka, aku tidak melihat pemandangan yang lebih mengerikan sama sekali melebihi hari ini. Aku melihat mayoritas penghuni Neraka perempuan." Mereka bertanya: apa sebabnya wahai Rasulullah? Beliau ﷺ bersabda: "Sebab kekufuran mereka." Ditanya: kufur kepada Allah? Beliau ﷺ bersabda: "Kufur kepada suaminya, dan kufur atas kebaikan suami, andai engkau berbuat baik kepada mereka selama satu tahun, kemudian dia melihat sesuatu keburukan darimu dia akan mengatakan 'aku tidak melihat kebaikan sama sekali padamu'." (HR. Bukhari 1052 dan Muslim 907)

Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu 'anhu membawa harta yang banyak dari Hadramaut. Ia membawa 100.000 dinar. Malam harinya, ia tidur dalam keadaan galau. Istrinya berkata, “Abu Muhammad, sejak semalam kulihat engkau begitu gelisah. Apakah ada sesuatu yang tidak kau sukai dari diriku?” Thalhah berkata, “Engkau adalah istri terbaik. Tidak ada. Sejak semalam aku berpikir dan berkata pada diriku, ‘Apa yang dipikirkan seseorang terhadap Rabbnya? Harta ini menginap bersamanya di rumahnya.’”

Istrinya berkata, “Mana akhlak yang menjadi ciri khasmu?”, "Apa itu?” tanya Thalhah. Istrinya mengatakan, “Besok pagi, mintalah wadah. Lalu bagikan harta itu ke rumah kaum Muhajirin dan Ansar sesuai kedudukan mereka.”

Thalhah berkata pada istrinya, “Semoga Allah menyayangimu. Sungguh, aku tahu engkau benar-benar perempuan yang mendapat taufik, putri dari laki-laki yang mendapat taufik.”

1 comment:

  1. Masha Allah, jazaakallah khayran wa baraakallahu fiik..manfaat sekali faedah2 dr kajian yg dirangkum ini..smg Allah senantiasa melindungi dan menjaga antum 🙏🏻

    ReplyDelete