Friday, 18 July 2025

Kajian Jumat: Mengenal Salaf & Salafi // Ustadz Mohamad Nursamsul Qamar hafizhahullah

Kajian Jumat
Kitab Ushulus-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
Mengenal Salaf & Salafi
Oleh: Ustadz Mohamad Nursamsul Qamar hafizhahullah
Jumat, 23 Muharram 1447 / 18 Juli 2025
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan 

Kemudian manusia terbaik dari umat ini, setelah Nabi ﷺ, kemudian para Sahabat yang pertama masuk Islam, kemudian yang terbaik setelahnya adalah Sahabat secara umum, merekalah para Salaf. Mereka sebaik-baik pendahulu dari umat ini.

Salaf secara bahasa adalah Yang Mendahului.
Bahkan walaupun secara konotasi "Yang Mendahului" ini bermakna buruk, maka mereka juga disebut Salaf. Sebagaimana yang Allah sebutkan di dalam Alquran terhadap Firaun dan kaumnya,

فَجَعَلْنَٰهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِّلْءَاخِرِينَ

"Dan Kami jadikan mereka (Firaun dan pengikutnya) sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian." (QS. Az Zukhruf : 56)

Salaf di dalam ayat tersebut adalah contoh pendahulu bagi orang-orang yang ingin mendurhakai rasul setelahnya. Artinya, "Wahai orang-orang yang ingin mendustai para rasul, kalian bukanlah manusia yang pertama. Sudah ada sebelum kalian manusia-manusia yang mendustai para rasul, di antaranya adalah Firaun dan Kami jadikan dia hina di muka bumi ini, Kami binasakan dia untuk menjadi contoh bagi orang-orang yang datang setelahnya." Inilah makna Salaf dari sisi Bahasa.

Adapun dari sisi makna yang ditunjukkan oleh hadits-hadits Nabi ﷺ, seperti di dalam hadits Bukhari dan Muslim, juga dari hadits Ashabus-Sunan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ketika semua istri Nabi ﷺ berkumpul, hingga datang Fatimah, dan Aisyah berkata,“Sungguh langkah kakinya berjalan sangat mirip seperti langkah kaki Ayahnya, Nabi ﷺ." (HR. Bukhari)

Istri Nabi ﷺ yang masih hidup saat itu semuanya hadir, kecuali Khadijah dan Zainab bintu Khuzaimah yang telah wafat di awal hijrah.

Begitulah dahulu para Sahabat. Mereka berusaha sebisa mungkin, pada perkara yang paling detil pun, untuk bisa sama dengan Nabi ﷺ. Kenapa? Karena mengkondisikan diri untuk bisa sama dengan Nabi ﷺ, atau menjadikan Nabi ﷺ benar-benar sebagai panutan, ini adalah bagian dari keimanan yang Allah sebutkan di dalam Alquran

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzab : 21)

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
“Fatimah datang dengan berjalan dan cara jalannya mirip seperti jalannya Nabi ﷺ. Kemudian Nabi ﷺ bersabda, “Marhaban (selamat datang) wahai putriku.”

Lalu beliau mempersilakan Fatimah duduk di samping kanan atau kiri beliau lalu beliau membicarakan suatu pembicaraan secara rahasia, dan Fatimah pun menangis. Aku bertanya kepadanya, “Mengapa kamu menangis?”

Kemudian beliau pun kembali membicarakan suatu pembicaraan secara rahasia dengan Fatimah dan anehnya dia tertawa. Aku berkata, “Aku belum pernah melihat keadaan seseorang menangis lalu diiringi tertawa seperti hari ini.”

Aku pun bertanya kepadanya tentang apa yang telah dikatakan oleh beliau ﷺ maka Fatimah berkata, “Aku tidak akan mau menceritakan pembicaraan rahasia Rasulullah ﷺ hingga Nabi ﷺ wafat.”

Di kemudian hari aku tanyakan lagi, maka Fatimah berkata, “Beliau bercerita kepadaku bahwa: Jibril 'alaihis salam datang membacakan Alquran satu kali dalam setiap satu tahun lalu dia 'alaihis salam membacakan kepadaku dua kali untuk tahun ini dan aku tidak melihatnya melainkan sebagai isyarat bahwa ajalku sudah akan datang dan sesungguhnya kamu (Fatimah) adalah orang yang pertama yang akan menyusul aku di antara ahlu baitku. Maka aku menangis karenanya. Lalu beliau bersabda lagi, “Apakah kamu ridho akan menjadi penghulu para wanita surga atau pemimpin para wanita mu'minin? Maka aku menjadi tertawa karenanya.” (HR. Bukhari)

No comments:

Post a Comment