Sunday, 28 May 2023

Kajian Ahad: Kitab Tauhid

Kajian Ahad
Kitab Tauhid
Bab 34
Oleh: Ustadz Arman Amri hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Ahad, 28 Mei 2023

1. Allah ﷻ berfirman:
"Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi."
(QS. Al A'raf : 97-99)

Tujuan dari ayat Allah di atas yaitu untuk pengingkaran dan keanehan yang ada di dalamnya.

Orang musyrikin setiap hari berbuat syirik namun mereka merasa aman dari siksa Allah. Padahal bisa jadi Allah mengadzab mereka secara tiba-tiba. Karena lelapangan mereka dalam urusan dunia, sehingga di waktu seperti itu justru mereka bersenang-senang.

Sekiranya engkau berbuat syirik maka gugurlah pahalamu dan engkau termasuk orang yang merugi.

Allah ﷻ membalas perbuatan syirik mereka atau makar, yaitu memberikan pembalasan kepada musuh tanpa dia mengetahui akan ada pembalasan tersebut.

"Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya."
QS. Al Anfal : 30

"Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari."
(QS. An Naml : 50)

Jika makar dikaitkan kepada Allah, maka ini adalah sifat sempurna bagi Allah. Pada dasarnya Allah tidak membuat makar, karena makar bukanlah nama Allah. Namun jika berbicara sifat, maka memiliki makna yang luas.

Nama bagi Allah sudah termasuk sifat bagi Allah, namun Sifat bukanlah termasuk dari Nama Allah.

Sifat marah Allah tidak sama dengan sifat makhluk.

Marah adalah mendidihnya darah yang ada di hati, dan ini sifat makhluk. Dampak dari marah seorang makhluk bisa mendatangkan mudhorot. Dan makna marah ini tidak bisa disematkan kepada Allah, karena Allah adalah sebaik-baik Dzat ketika marah.

Nabi ﷺ bersabda:
"Perang itu adalah tipu daya."

Ketika kaum musyrikin melakukan tipu daya kepada kaum Muslimin, maka Allah membalas tipu daya mereka.

"Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka" (QS. An Nisaa' : 142)

Tipu daya yang dimaksud dalam ayat sebuah ujian, dan ini bagus kepada orang munafik agar mereka bisa bertaubat.

"Tetapi jika mereka (tawanan itu) hendak mengkhianatimu (Muhammad) maka sesungguhnya sebelum itu pun mereka telah berkhianat kepada Allah, maka Dia memberikan kekuasaan kepadamu atas mereka. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (QS. Al Anfal : 71)

Makar atau tipudaya tidak selalu bermakna buruk, karena itu bisa berada dalam kondisi membalas tipu daya kaum musyrikin kepada kaum Muslimin.

Nabi ﷺ adalah orang yang paling mahir untuk membuat siasat perang atau membuat tipu daya bagi musuh.

Ketika kita melakukan maksiat kepada Allah lalu Allah biarkan kita bermaksiat, maka itu adalah istidraj, yaitu jebakan dari Allah sehingga kita nggak sadar sudah terjatuh ke dalam maksiat.

Banyak orang terperdaya dengan kemajuan teknologi, sehingga mereka tidak menyadari bahkan Allah telah menyiapkan adzabNya.

2. Allah ﷻ berfirman:
"Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat.” (QS. Al Hijr : 56)

Keburukan orang yang berputus asa:
1. Tidak yakin dengan kemampuan Allah
2. Sifat yang sangat lemah

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang dosa-dosa besar dan beliau menjawab 3 hal yaitu:
1. Berbuat syirik kepada Allah
2. Berputus asa rahmat Allah
3. Merasa aman dari siksa Allah.

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata
1. Berbuat syirik kepada Allah
2. Merasa aman dari siksa Allah
3. Berputus asa dari rahmat Allah
4. Berputus harapan dari kebaikan Allah

Orang yang bertauhid tidak boleh melakukan maksiat dan merasa aman dari siksa Allah.

Keadaan yang dirasakan ketika membuat dosa
1. Masih memiliki sinyal keimanan 
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang merasa hatinya bahagia dengan amal shalih, dan barangsiapa yang hatinya gelisah dengan perbuatan buruk, maka itu tanda orang yang beriman."

Orang-orang seperti ini bisa bertaubat kapan saja.

2. Tidak memiliki sinyal keimanan ketika berbuat dosa.
Inilah hati orang fasiq, yaitu mereka gemar berbuat maksiat dan hatinya tenang saja karena sudah tertutup dengan noda hitam.

Istidraj adalah kondisi di mana seseorang diberikan nikmat oleh Allah namun dia masih suka berbuat maksiat.

No comments:

Post a Comment