Kitab Al Aqidah Al Washithiyyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (Pertemuan Keempat)
Oleh: Ustadz Riyadh Bajrey hafizhahullah
Masjid Baitussalam, Cilandak Barat, Jakarta Selatan
Selasa, 30 Mei 2023
Syaikhul Islam merinci tentang Rukun Islam:
1. Keimanan kepada Allah
Mengimani apa yang Allah sebutkan di dalam kitab-kitabnya dan mengimani sifat-sifat Allah yang disebutkan RasulNya tanpa menyimpangkan, tanpa meniadakan maknanya, tidak juga menjelaskan lebih lanjut dan tanpa menyerupakan dengan makhluk.
Mengimani Allah harus dengan cara yang tepat.
Mengimani Allah terbagi menjadi 3 sisi:
1) Rububiyyah,
Allah sebagai Dzat yang menciptakan atau mengatur dan Allah berkuasa untuk menghendaki apapun yang terjadi.
2) Uluhiyyah,
Mengimani sesembahan hanya Allah. Selain Allah, maka sesembahan lain adalah bathil.
3) Asma Was-Sifat
Allah miliki nama dan sifat yang ada pada Dzat. Ini tidak kita simpulkan melainkan apa yang sudah dikabarkan oleh Allah dan RasulNya.
Sebagian ulama menambahkan sisi dalam mengimani Allah, yaitu:
Wujudiyyah
Allah itu ada. 3 sisi lainnya tergantung pada sifat ini.
Di dalam kitab ini tidak dibahas Rububiyyah dan Uluhiyyah, melainkan membahas Asma Wa Sifat.
Penyimpangan yang terjadi adalah karena banyak manusia yang mengubah makna-makna yang sudah ditetapkan oleh Allah di dalam kitabnya.
Ahlussunnah meyakini bahwa nama Allah lebih dari 99 nama, karena nama Allah tidak dibatasi.
Sifat yang ada pada Dzat Allah secara umum:
1. Sifat Dzatiyyah
Sifat Allah yaitu Allah punya wajah, punya tangan, punya kaki seperti yang telah Allah sebutkan di dalam Alquran.
2. Sifat Fi'liyyah
Aktivitas yang dilakukan oleh Allah seperti turun, beristiwa, membalas, menghukum, Dan semua yang disebutkan oleh nash-nash yang shahih.
Sebagian kaum meyakini sifat-sifat Allah dengan cara yang salah, yaitu mengganti makna di dalam nash dengan makna yang sesuai akalnya.
Ahlussunnah meyakini sifat-sifat Allah dengan cara mengimani apa yang Allah sifati dan apa yang dikabarkan oleh RasulNya.
Imam Malik rahimahullah:
"Mengimaninya wajib, menanyakan dan memperdebatkannya adalah bid'ah"
Bid'ah di atas adalah bid'ah akbar.
Jangan pernah menanyakan apalagi sampai memperdebatkan sifat-sifat Allah melainkan cukup imani saja apa yang datang dari nash-nash.
Membicarakan sifat adalah salah satu bentuk membicarakan dzatnya Allah.
Kaum Muslimin harus disiplin dan tegas dalam perkara Asma Was-Sifat karena banyak orang kafir menggunakan nama-nama dan sifat-sifat Allah tanpa ilmu.
Kesesatan di masa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah kebanyakan terjadi karena masalah Asma Was-Sifat.
Uraian dari Syaikh Shalih Al Fauzan, beliau berkata:
Setelah Syaikh menyebutkan Rukun Iman secara global, kemudian disebutkan secara detil. Dimulai dari Ushul yang pertama yaitu mengimani Allah, yaitu mengimani sifat-sifat Allah sebagaimana datangnya dari Alquran dan dari Rasulullah ﷺ berdasarkan petunjuknya.
Sifat-sifat Allah hanya berdasarkan Alquran dan Sunnah saja, tidak mengambil dari hal lain. Karena ini bersifat Tauqifiyyah.
Di antara rusaknya kitab terdahulu, mereka mengubah maknanya dengan bebas. Lebih jauh lagi, mereka juga mengubah redaksinya sehingga kitab-kitab tersebut menjadi rusak.
Penyimpangan Tahrif (takwil) biasanya pada dua sisi, yaitu pada lafadznya dan pada maknanya.
Tafwidh, yaitu meniadakan sifat-sifat Allah.
Taqyif, menjelaskan dengan lebih rinci tentang sifat-sifat Allah.
Tasybih, menyerupakan Allah dengan makhluk.
Tidaklah Allah serupa dengan makhluknya.
Ahlussunnah meyakini bahwa Allah tidak serupa dengannya dan dia Maha Melihat dan Maha Mendengar. Ahlussunnah mengimaninya tanpa ada perubahan maknanya.
No comments:
Post a Comment