Kitab Al-Aqidah Al-Washithiyyah
Karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
Pertemuan Pertama
Oleh: Ustadz Riyadh Bajrey hafizhahullah
Selasa, 9 Mei 2023
Masjid Baitussalam, Cilandak Barat, Jakarta Selatan
Pentingnya mempelajari aqidah yang shahih adalah untuk membentuk ikatan kaum Muslimin dengan Rabb mereka, agar mereka bisa menghambakan diri dengan benar. Juga agar dapat mensucikan Allah dari segala hal yang bisa merusak keagungan dan kemuliaan Allah seperti kesyirikan dan penyimpangan semisal. Kita juga bisa membantah dan menepis bala tentara iblis yang mengajak pada kesesatan dengan memiliki aqidah yang shahih.
Mempelajari aqidah yang sebagaimana dipahami oleh para Sahabat radhiyallahu 'anhuma
QS. At Taubah : 100
Bukanlah sesuatu yang istimewa ketika para Sahabat meridhoi Allah, karena begitulah seharusnya hamba. Tetapi begitu istimewa ketika Allah meridhoi dan mencintai mereka, bahkan hingga ditetapkan di dalam Alquran. Itulah salah satu patokan aqidah yang shahih.
Jalan kebenaran hanya 1, yaitu berpeganglah kepada tali Allah dan mengikuti fitrah yang telah Allah berikan kepada setiap hamba. Jika ajaran itu menyelisihi fitrah, maka itu bukan jalan kebenaran.
Ketika kita ingin mendapatkan keridhoan Allah, maka ikuti jalan para Sahabat seperti yang disebutkan di dalam Alquran.
Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. 72 golongan di neraka, dan 1 golongan di surga.
Barangsiapa yang membenci para Sahabat, hakikatnya mereka telah membenci Nabi ﷺ. Karena para Sahabat begitu disiplin dalam ittiba' kepada Nabi ﷺ dan mereka hanya beramal sesuai dengan apa yang datang dari Nabi ﷺ.
Barangsiapa yang ittiba' kepada Nabi ﷺ, maka dia layak menjadi contoh dan Tauladan.
Ibnu Mas'ud berkata:
"Sesungguhnya Allah melihat hati para hambaNya, kemudian Allah temukan hatinya Muhammad ﷺ adalah sebaik-baik hati. Lalu Allah memilih hati tersebut untuk menyampaikan Risalah. Kemudian Allah kembali melihat manusia, lalu ditemukan bahwa hati-hati para Sahabat memiliki hati yang terbaik untuk dijadikan para pembela dan penolong Nabi ﷺ. Maka apapun yang dinilai oleh para Sahabat, maka itulah yang dinilai oleh Allah, baik atau buruk."
Arrazy berkata:
"Jika kau melihat ada orang mencela salah satu Sahabat, maka dia zindiq (kafir yang menyembunyikan kekafirannya). Adapun Sahabat adalah satu-satunya jalur yang menyampaikan kita kepada Alquran dan Sunnah. Sesungguhnya para zindiq itu ingin menjauhkan kita dari jalan para Sahabat. Sesungguhnya mereka yang mencela Sahabat adalah orang-orang yang lebih pantas dicela".
Sunnah adalah syariat keseluruhan, dan syariat ini adalah sunnah keseluruhan.
Kebutuhan kita terhadap ilmu dan aqidah yang shahih lebih penting daripada kita membutuhkan makanan. Makanan bagi jiwa seorang Muslim adalah aqidah yang shahih.
Kita tidak boleh menjalankan syariat sesuai hawa nafsu, akal, atau bahkan mengikuti setan. Kita harus mengikuti apa yang sudah menjadi ketetapan Allah dan RasulNya.
Syarh terbaik dari kitab Tauhid adalah Fathul Majid.
Sebab penamaan Aqidah Wasithiyyah adalah
"Suatu hari datang Syaikh ke kota Wasith, Al Rodiyudiin Al Washithiy, seorang yang bermadzhab Syafi'i. Dia adalah seorang yang baik. Dia bercerita tentang kondisi manusia yang sekarang jauh dari aqidah yang benar karena mengikuti kaum Tatar. Betapa merajalela kezhaliman dan nilai agama hilang juga hilangnya ilmu. Beliau meminta kepadaku untuk menuliskan nilai aqidah yang bisa aku ajarkan kepada keluargaku. Aku pun menolak dengan halus dan aku katakan bahwasanya telah banyak yang menulis buku Aqidah, tapi beliau konsisten agar aku yang tetap melakukannya. Akhirnya aku tuliskan untuknya aqidah ini (Aqidah Washithiyyah)"
Ibnu Taimiyyah Al Hafidz adalah seorang yang bermadzhab Hanbali. Beliau bertanya kepada siapapun dari madzhab apapun demi mendapatkan haq.
No comments:
Post a Comment