Kitab Tadzkiratus-Saami' Wal Mutakallim Fii Adabil 'Alim Wal Muta'alim
Bab: Hukum Merendahkan Orang Lain
Okeh: Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafizhahullah
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan
Sabtu, 30 September 2023
Barangsiapa tidak memuliakan ilmu, maka Allah tidak akan memuliakan orang itu dengan ilmunya. Karena ilmu memiliki hak untuk dimuliakan.
Di antara adab ilmu adalah ketika kita berinteraksi dengan ilmu di majelis, di rumah, di kantor, bersama suami, bersama istri, bersama anak. Kita bisa menyikapi sesuatu dengan baik dengan ilmu.
Di antara virus hati adalah berbangga dengan ilmu, riya', sum'ah, mendahulukan dunia daripada akhirat, dan sebagainya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal." (QS. Al Anfal : 2)
Kondisi iman kita berbeda ketika kita pertama kali bertaubat kepada Allah dengan yang sekarang.
Orang yang ilmunya tidak bermanfaat, maka dia akan sibuk mencari aib orang lain. Sebaliknya, jika ilmu seseorang bermanfaat, maka dia akan sibuk memperbaiki dirinya.
Seorang hamba senantiasa berada di dalam kebaikan, selama di dalam dirinya ada pengingat. Seseorang tidak akan menjadi orang yang bertaqwa sampai dia mampu menilai dirinya sendiri dengan ketat dan serius.
Nafsu seperti partner kerja yang bisa berkhianat kapan saja. Kalau kita tidak bisa mengendalikannya, maka kita bisa dikhianati oleh nafsu, sehingga kita akan terjerumus dalam dosa.
Sesungguhnya hisab di hari kiamat diringankan bagi orang yang rajin mengevaluasi dirinya di dunia. Hisab di hari kiamat akan dipersulit bagi orang-orang yang hidup di dunia tanpa muhasabah, dan lebih celakanya lagi, dia sibuk mengurus aib-aib orang lain. Kalau Allah memanggil kita dalam waktu dekat, tidak ada yang bisa menjamin kita berhasil di dalam hisab, maka sibuklah untuk memperbaiki diri sendiri.
No comments:
Post a Comment