Sunday 5 May 2024

Kajian Ahad: Kitab Tauhid // Ustadz Arman Amri hafizhahullah

Kajian Ahad
Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah
Bab 47: Menghormati Nama-Nama Allah dan Mengubah Nama Karena Penghormatan Tersebut
Oleh: Ustadz Arman Amri hafizhahullah 
Ahad, 5 Mei 2024
Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan

Orang yang bertauhid dengan benar, pasti akan ada sikap pengagungan terhadap nama-nama Allah dan tidak menginginkan nama makhluk yang diambil dari nama-nama Allah.

Nama-nama Allah adalah nama-nama di mana Allah menyematkan di dalam diriNya, atau nama-nama yang layak yang disebutkan oleh Rasulullah ﷺ di dalam sabda beliau.

Sebagian orang menyebut Allah dengan sebutan Tuhan Bapa. Ini adalah bagian dari penyimpangan, karena Allah tidak menyebutkan diriNya seperti itu di dalam Alquran.

Berkaitan dengan nama-nama Allah, tentu ada yang kita ketahui dan tidak kita ketahui. Ada yang kita ketahui, yaitu yang disebutkan di dalam Alquran dan Hadits; sedangkan yang tidak kita ketahui, di mana itu tidak disebutkan di dalam Alquran dan Hadits, maka nama-nama tersebut hanya Allah yang tahu.

Aku memohon kepada Engkau Ya Allah untuk setiap nama yang Engkau sebutkan untuk dirimu.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Jangan sampai keluar dari mulut kita ucapan yang mengandung maksiat kepada Allah.

QS. Al A'raaf

Di antara nama-nama Allah, hanya dikhusukan pada diri Allah saja, yaitu yang mengandung pengagungan. Sedangkan di antara nama-nama Allah yang boleh digunakan oleh makhluk adalah yang umum dipakai, termasuk digunakan oleh diri Nabi ﷺ.

Kewajiban bagi kita untuk memuliakan dan mengagungkan nama-nama Allah.

Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap nama-nama Allah:
1. Orang-orang kafir menyalahgunakan nama-nama Allah dan disematkan kepada nama-nama berhala mereka seperti Al Uza, yang diambil dari nama Allah yaitu Al Aziz, dan nama berhala mereka yang lainnya.

2. Memberikan nama bagi Allah Yang tidak kayak bagi Allah. Tidak pernah disebut di dalam Alquran dan Hadits.

Sebagian orang menyebut Allah dengan sebutan Tuhan Bapa. Ini dilarang di dalam syariat.

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". (QS. Al Maidah : 116)

3. Sifat yang melecehkan Allah, seperti yang disebutkan oleh kaum Yahudi bahwasanya Allah faqir dan merekalah yang kaya.

4. Menolak sebagian nama-nama Allah sebagaimana keyakinan kaum Jahmiyyah yang tidak menunjukkan sifat.

5. Menyerupai sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk, seperti Allah Maha Mendengar maka mereka menyamakan makhluk yang juga bisa mendengar.

Kaum Mu'athilah yaitu yang menolak sifat Allah, dan kaum Musyabihah yang menyerupakan Allah dengan makhluk.

Kaum Mu'athilah sesungguhnya menyembah Tuhan yang tidak ada.

Diriwayatkan oleh Abu Surah, bahwa ia sebelumnya diberi kuniyah (sebutan nama panggilan) "Abul Halaman". Maka Nabi ﷺ bersabda kepadanya,
"Sesungguhnya Allah itu adalah Al-Hakam dan hanya kepadaNya segala perkara dimintakan keputusan hukumnya."

Ia berkata kepada Nabi ﷺ,
"Sesungguhnya kaumku, apabila berselisih pendapat dalam suatu perkara, mereka datang kepadaku; lalu aku memberikan keputusan hukum di antara mereka, dan kedua belah pihak pun sama-sama menerimanya."

Nabi ﷺ bersabda:
"Alangkah bagusnya hal ini, apakah kamu mempunyai anak?"

Ia menjawab, "Syuraih, Muslim, dan Abdullah."

Nabi ﷺ bersabda, "Siapakah yang tertua di antara mereka?". Ia menjawab, "Syuraih". Nabi ﷺ bersabda, "Kalau begitu, kamu adalah Abu Syuraih (Bapak Syuraih)" (HR. Abu Daud)

Faidah:
1. Wajib memuliakan nama dan sifat Allah (dan dilarang memakai nama atau kuniyah yang dapat mensejajarkan dirinya dengan Allah) walaupun tidak bermaksud demikian.
2. Disyariatkan mengganti nama yang tidak tepat, untuk memuliakan nama Allah.
3. Memilih nama anak yang tertua untuk kuniyah (nama panggilan)

No comments:

Post a Comment